Jumat 28 Jun 2019 22:00 WIB

BI Gandeng IHLC untuk Kerja Sama Penguatan Industri Halal

Ekonomi syariah diyakini bisa memberikan pertumbuhan yang inklusif.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Bank Indonesia bersama Indonesia Halal Lifestyle Center menyepakati lima kerja sama untuk penguatan industri halal di Indonesia. Penandatangan kerja sama dilakukan di Gedung Kebon Sirih, Komples Bank Indonesia,  Jakarta, Jumat (28/7).
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Bank Indonesia bersama Indonesia Halal Lifestyle Center menyepakati lima kerja sama untuk penguatan industri halal di Indonesia. Penandatangan kerja sama dilakukan di Gedung Kebon Sirih, Komples Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia bersama Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) menyepakati lima kerja sama untuk penguatan industri halal di Indonesia. Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, Suhaedi bersama Chairman IHLC, Sapta Nirwandar di Jakarta, Jumat (28/6).

Adapun lima area kerja sama yang diteken tersebut di antaranya pertama, penguatan dan pengembangan kapasitas pelaku industri halal di Indonesia. Kedua penyediaan dan perluasan pasar bagi pelaku usaha industri halal di Indonesia baik dalam maupun luar negeri.

Baca Juga

Selanjutnya area kerja sama ketiga yakni pelaksanaan identifikasi dan fasilitasi dukungan penguatan sumber pembiayaan bagi para pelaku usaha industri halal di Indonesia. Keempat, penguatan kelembagaan atau asosiasi pelaku usaha industri halal di Indonesia. Terakhir, yakni pemetaan dan identifikasi para pelaku usaha industri halal di Indonesia serta pasar atau outlet baru.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan Bank Indonesia berkomitmen tegas untuk mendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. "Selalu muncul pertanyaan, kenapa kita harus keluar dari zona dan masuk ke sektor syariah? Karena jelas kita tidak bisa hanya masuk ke moneter mengurusi inflasi dan nilai tukar tanpa masuk ke sektor riil," kata Dody di Jakarta, Jumat (28/6).

Menurut Dody, stabilitas nilai tukar akan menjadi sulit dikerjakan tanpa mengatasi masalah di sektor riil yang menjadi 'akar rumput' permasalahan ekonomi. Namun, bukan berarti otoritas moneter berjalan sendiri namun dengan koordinasi bersama pemerintah.

Dipilihnya sektor ekonomi syariah, termasuk industri halal karena sektor tersebut diyakini mampu memberikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. "Setiap saat kita akan terus mendorong pengembangan ekonomi syariah," ujar Dody.

Ekosistem industri halal di Indonesia juga perlu mendapat perhatian. Sebab, walau bagaimanapun sektor itu memiliki kontribusi yang besar terhadap industri secara keseluruhan. Terutama para pelaku UMKM yang menghasilkan produk-produk berdaya saing.

"Jangan kita hanya berada di area wacana, diskusi, seminar lalu diakhiri tanda tangan kerja sama. Kita harus eksekusi kalau perlu lihat lagi apa masalah di akar rumput," ujar Dody.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement