REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Jepang di media sosial mengatakan merek dagangan Kim yang bernama Kimono adalah sebuah busana yang tidak menghormati pakaian tradisional Jepang. Mereka menilai pakaian tersebut tidak sopan.
Namun, Kim mengatakan Kimono di Jepang di kenal dengan pakaian jubah lengan panjang yang longgar sedangkan pakaian merek Kimono miliknya menyerupai tubuh wanita.
"Saya mengerti dan sangat menghormati pentingnya kimono dalam budaya Jepang. Merek pakaian saya dibangun dengan inklusivitas dan keanekaragaman pada intinya dan saya sangat bangga dengan apa yang terjadi di akan datang akan baik-baik saja," ucapnya dikutip dari BBC.Com, Sabtu (29/6).
Wanita berusia 39 tahun itu mengatakan dia tidak punya rencana untuk mengubah nama merek pakaian itu. Ia yakin mereknya akan meningkatkan bentuk dan lekuk tubuh wanita.
Seorang wanita Jepang, Yuka Ohishi, kepada BBC menjelaskan Kimono dipakai untuk merayakan kesehatan, pertumbuhan anak-anak, pertunangan, pernikahan, kelulusan, saat pemakaman. "Ini adalah pakaian perayaan dan diwariskan dalam keluarga dari generasi ke generasi," katanya kepada BBC.
Bahkan, lanjut dia, ia kecewa Kim hanya memilih kata yang berdasarkan namanya. Tanpa mengetahui makna sebenarnya bahwa Kimono itu merupakan pakaian tradisional budaya Jepang.
Menurut museum Victoria & Albert, istilah "kimono" pertama kali digunakan pada pertengahan abad ke-19 yang berarti pakaian yang dikenakan secara layak dan sopan.