Sabtu 29 Jun 2019 06:40 WIB

Krisis di Venezuela Bisa Jadi Bencana Kemanusiaan Terbesar

Krisis di Venezuela, dikhawatirkan menjadi bencana kemanusian terbesar setelah Suriah

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Esthi Maharani
Warga mengantre air bersih dan pil pemurni air saat bantuan kemnausiaan pertama Palang Merah tiba di Caracas, Venezuela, Selasa (17/4).
Foto: AP Photo/Ariana Cubillos
Warga mengantre air bersih dan pil pemurni air saat bantuan kemnausiaan pertama Palang Merah tiba di Caracas, Venezuela, Selasa (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA — Krisis di Venezuela, dikhawatirkan menjadi bencana kemanusian terbesar setelah Suriah pada 2020 mendatang. Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) mencatat, saat ini empat juta lebih populasi di Venezuela mengungsi keluar dari negeri itu lantaran krisis. Diperkirakan tutup tahun ini, jumlah penduduk yang bermigrasi dari negeri itu mencapai delapan juta lebih.

OAS dalam laporan yang dipublikasikan Aljazirah, Jumat (28/6) mengatakan, proyeksi delapan juta warga Venezuela yang mengungsi itu, lebih besar dari angka migrasi terpaksa para korban hidup perang saudara di Suriah. Hampir sewindu konflik bersenjata di Suriah, mencatatkan angka tertinggi pengungsian sekitar 6,7 juta jiwa.

Sementara krisis di Venezuela yang baru-baru ini terjadi, sudah mencatatkan angka migrasi mencapai empat juta lebih. “Ini (migrasi dari Venezuela) bukan karena perang. Bukan karena sukarela. Tetapi karena terpaksa mengungsi karena ekonomi yang sulit di Venezuela,” kata seorang politikus David Smolansky seperti mengutip Aljazarih, Jumat (28/6).

David adalah warga Venezuela yang terpaksa mengungasi ke Kolumbia, akibat krisis panjang di negerinya. Dalam beberapa tahun terakhir, resesi ekonomi di Venezuela, mengancam pemerintahan Presiden Nicolas Maduro dari kekeuasaanya. Namun upaya penggulingan pemerintahan oleh kelompok sipil itu tak mempan. Januari 2019, tokoh oposisi Juan Guaido memberikan harapan baru bagi masyarakat Venezuela, untuk mengubah arah ekonomi.

Namun, Maduro, yang menjadi presiden menggantikan pemimpin revolusi Venezuela, Hugo Chavez yang wafat pada 2013, masih dipercaya oleh kalangan militer. Akan tetapi tekanan ekonomi terhadap Venezuela, membuat tekanan terhadap Maduro. Negara itu mengalami hiperinflasi terburuk dalam sejarah dan terancam bubar.

Kelangkaan barang, dan tingginya harga-harga, membuat masyarakat jatuh miskin. Mata uang Venezuela, tak laku dipasaran. Situasi tersebut, memicu kerusuhan, dan kekerasan. Meskipun, pemerintahan di Karakas, ada. Akan tetapi, tingginya angka kriminalitas, membuat warga mengungsi. Kolumbia adalah menjadi negara tetangga paling terdampak dari situasi di Venezuela.

Di negara itu, sampai Mei 2019 sudah menampung sekitar 1,3 juta warga Venezuela yang mengungsi. Negera-negara yang selama ini akrab dengan Venezuela, seperti Cile dan Peru, pun mulai membatasi eksodus warga Venezuela ke negara itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement