Sabtu 29 Jun 2019 07:25 WIB

Warga Mendesak Pemerintah India untuk Atasi Darurat Iklim

India mengalami panas ekstrim sehingga mendorong warga memprotes ke pemerintah

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pekerja memercikkan air ke wajahnya di tengah cuaca panas di Prayagraj, Uttar Pradesh, India, Kamis (13/6). Cuaca panas ekstrem melanda India dengan rata-rata suhu mencapai 48 derajat Celcius.
Foto: AP Photo/Rajesh Kumar Singh
Seorang pekerja memercikkan air ke wajahnya di tengah cuaca panas di Prayagraj, Uttar Pradesh, India, Kamis (13/6). Cuaca panas ekstrem melanda India dengan rata-rata suhu mencapai 48 derajat Celcius.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Lebih dari 450 ribu orang telah menandatangani dua petisi yang menuntut pemerintah India menyatakan darurat perubahan iklim. Hal ini sebagai reaksi dari gelombang panas yang parah dan kekurangan air yang melumpuhkan negara tersebut.

Terinspirasi oleh aktivis iklim remaja Swedia, Greta Thunberg, siswa berusia 16 tahun, Aman Sharma, meluncurkan petisi di Change.org pada Mei setelah mengetahui setiap tahun berturut-turut negaranya semakin panas, kering, dan semakin tercemar. "Saya memulai kampanye ini untuk memberi tekanan pada pemerintah karena jika kami diam saja sekarang. Maka itu akan mempengaruhi kelangsungan hidup kami di masa depan," katanya Sabtu (29/6).

Tuntutan lainnya ia berikan kepada kementerian lingkungan termasuk meningkatkan penghijauan di negara itu dan janji pertemuan yang dibuat berdasarkan perjanjian iklim Paris 2015 untuk mencoba membatasi kenaikan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit).

Kementerian Lingkungan Hidup, Hutan dan Perubahan Iklim tidak menanggapi permintaan para warganya.Namun, dengan dukungan dari beberapa tokoh film termasuk aktris Nathalie Kelley serta beberapa nama Bollywood, Sharma mengatakan tujuannya adalah untuk menarik perhatian pecinta lingkungan Hollywood seperti Leonardo DiCaprio.

Pada hari Rabu lalu DiCaprio mengunggah foto di Instagram wanita di kota selatan Chennai tersebut menggambar pot-pot air dari sumur yang hampir kosong, menangkap perjuangan ribuan orang setiap hari.

Chennai telah menjadi sorotan global sejak empat waduk utamanya mengering awal bulan ini, sebagian besar karena musim hujan yang buruk pada tahun 2018, memaksa penduduk untuk menjatah penggunaan air. Kota itu adalah salah satu dari 21 kota yang diperkirakan kehabisan air tanah pada tahun 2020, lembaga pemerintah NITI Aayog mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu.

Ia memperingatkan bahwa India menghadapi krisis air jangka panjang terburuk dalam sejarahnya, dengan 600 juta orang hampir setengah dari populasi India berisiko menghadapi penyakit akut. Di utara, gelombang panas telah menewaskan sedikitnya 36 orang tahun ini, di New Delhi mencatat suhu tertinggi 48 derajat Celcius (118 Fahrenheit).

Jatindra Sharma, selebgram di Mumbai, mengatakan, akan memulai petisi serupa minggu ini yang memiliki hampir 300 ribu tanda tangan. Ia berharap pemerintah akan mengatasi keadaan darurat iklim. "Ini adalah kebutuhan saat ini," katanya.

Pada bulan Mei parlemen Inggris mendeklarasikan perubahan iklim "darurat". Salah satu wujudnya simbolisnya adalah dengan setuju kepada kepada gerakan aktivis vokal yang meningkat khususnya di kalangan kaum muda di Eropa. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement