REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan, akan ada manis dan pahit, pun keberhasilan dan kegagalan yang menghampiri. Ikhlas, menjadi poin penting untuk bangkit dari keterpurukan sebagaimana dialami dan dirasakan oleh seorang atlet paralympic.
"Hal pertama untuk bangkit dari keterpurukan adalah ikhlas, berdamai dengan diri sendiri, setelah itu akan muncul pikiran-pikiran positif," ujar Atlet Paralympic, Muhammad Fadli dalam bincang-bincang bertajuk GIIAS (Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show) di Jakarta, Sabtu (29/6).
Karir Fadli dimulai sebagai atlet otomotif, hingga kejadian nahas yang membuat Fadli kehilangan kaki kirinya. Kejadian itu tidak lantas menjatuhkan semangatnya untuk terus berjuang dan mencoba cabang olah raga lain.
"Keikhlasan itu yang menjadi titik balik buat saya dan saya memutuskan untuk tetap meneruskan karir sebagai atlet, tidak menyerah dan membuka peluang Iewat cabang olah raga baru yang dapat dibilang sama menantangnya dengan cabang olahraga yang saya geluti sebelumnya, tidak lepas dari adu cepat," katanya.
Setelah menjalani amputasi kaki kiri, Fadli memilih sepeda untuk menjaga kebugaran fisik hingga akhirnya ditawari untuk mengikuti kejuaraan Asia Para Cycling pada awal 2017 oleh Raja Sapta Oktohari, Ketua Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (PB ISSI).
"Ketika bersepeda seperti menemukan hidup baru," ucapnya.
Di tengah aktivitasnya sebagai atlet balap sepeda, Fadli sempat menjajal balap mobil dan berhasil meraih podium. "Semua itu hanya selingan, apapun kegiatan positif kita jalani saja, tapi fokus saya tetap pada Paralympics 2020," katanya.
Ia mengaku selalu menyimpan pikiran positif dan tidak menyesali apa yang sudah terjadi. "Pikiran positif membuat kita bugar, hanya kaki yang hilang, bukan imannya," ucap Fadli seraya tersenyum.