Sabtu 29 Jun 2019 19:58 WIB

Politisi Nasdem: Partai Oposisi Penting dalam Pemerintahan

Politikus Nasdem menilai partai oposisi berperan sebagai penyeimbang.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Bayu Hermawan
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera (kanan), bersama Politisi Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi (kedua kanan), Pengamat Politik Tony Rosyid (kiri) dan Moderator Ichan Loulembah (kedua kiri) menjadi pembicara dalam diskusi Politik Perspektif Indonesia, di Jakarta, Sabtu (29/6/2019).
Foto: Antara/Reno Esnir
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera (kanan), bersama Politisi Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi (kedua kanan), Pengamat Politik Tony Rosyid (kiri) dan Moderator Ichan Loulembah (kedua kiri) menjadi pembicara dalam diskusi Politik Perspektif Indonesia, di Jakarta, Sabtu (29/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Nasdem Taufiqulhadi menilai, partai oposisi penting dalam sebuah pemerintahan. Menurutnya, oposisi berfungsi sebagai penyeimbang dalam pemerintahan yang berjalan.

"Jadi menurut saya, yang baik adalah soliditas yang ada sekarang ini di dalam koalisi yang sudah mendukung Pak Jokowi dari awal itulah yang perkuat dulu," kata Taufiq, dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6).

Baca Juga

Pernyataan Taufiq ini menanggapi berakhirnya koalisi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Beberapa partai seperti Demokrat dan PAN sudah mulai memberi sinyal ingin bergabung ke koalisi yang dipimpin oleh Jokowi.

Taufiq mengatakan, sebenarnya tidak perlu mengundang partai lain yang ada masuk ke dalam koalisi Jokowi. Pendapat semua partai agar bergabung ke koalisi adalah hal yang justru akan merugikan rakyat Indonesia. Apabila tidak ada partai oposisi, kata Taufiq akan ada masyarakat yang merasa tidak terwakili. Hal ini akan tidak sehat bagi demokrasi. Selain itu, lanjut dia, dalam demokrasi harus ada partai yang berada di luar pemerintahan.

"Ketika semuanya berada di pemerintahan, kemudian oposisi akan justru terjadi di dalam internal kabinet tersebut, dan membuat gerak dalam kabinet tersebut tidak leluasa," kata dia menjelaskan.

Ia melanjutkan, sebenarnya ada koalisi yang lebih luas di dalam konteks Bangsa Indonesia. Cita-cita pendiri bangsa, kata dia, adalah Indonesia yang beragam namun saling berangkulan. "Itu juga koalisi, jadi tidak perlu ada koalisi pragmatis, semua kita harus masuk ke dalam," kata dia lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement