Ahad 30 Jun 2019 01:51 WIB

Insiden WTC pada 2001 Picu Munculnya Kanker Mematikan

Petugas penanganan darurat, Luis Alvarez meninggal setelah mengidap kanker 9/11.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andri Saubani
Peristiwa menara kembar World Trade Center
Foto: AP
Peristiwa menara kembar World Trade Center

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Petugas penanganan darurat pada serangan World Trade Center (WTC) September 2001, Luis Alvarez, meninggal dunia pada Sabtu (29/6). Mantan detektif Departemen Polisi New York, Amerika Serikat, itu mengidap kanker yang disebut 9/11.

"Dia memegang teguh motto "Fidelis Ad Mortem" atau "Setia Sampai Mati". Detektif Lou Alvarez telah sekuat tenaga bertempur melawan kanker 9/11. Sosok penuh inspirasi, seorang pejuang, seorang teman," tulis akun Twitter @NYPDDetectives.

Alvarez bersama para petugas SAR, pemadam kebakaran, dan relawan lainnya dijuluki sebagai first responder. Merekalah yang pertama kali bahu-membahu membantu menyelamatkan dan mengevakuasi warga pada serangan teroris 18 tahun silam.

Nyatanya, serangan itu tidak hanya memakan korban pada saat kejadian. Hingga kini, ada ribuan first responder yang sakit atau tewas karena terekspos zat berbahaya, termasuk asbes, timah, dan partikel beton di lokasi bekas menara kembar, Ground Zero.

Pekerja darurat memilah puing-puing di sana selama berminggu-minggu. Hal itu terbukti berbahaya karena pada Maret 2019, tercatat ada 2.335 kematian yang disebabkan oleh kanker terkait 9/11, yang peristiwanya memakan korban sebanyak 2.996 jiwa.

Program kesehatan World Trade Center melaporkan ada lebih dari 95 ribu orang menderita masalah kesehatan terkait 9/11. Terdapat 900 kasus baru yang teridentifikasi setiap bulan, bahkan bertahun-tahun setelah serangan terjadi.

Mendiang Alvarez yang merupakan mantan detektif marinir dan regu penjinak bom, didiagnosis mengidap kanker kolorektal pada 2016. Dia telah melakukan 69 sesi kemoterapi serta berbagai operasi, namun tetap mengalami gagal liver.

Di tengah kondisinya itu, Alvarez gencar berkampanye agar ribuan petugas yang didiagnosis mengidap penyakit serupa bisa mendapat dana kompensasi lebih panjang untuk biaya medis. Banyak orang berterima kasih atas keberaniannya.

Dalam wawancara terakhirnya, Alvarez menekankan pentingnya perlindungan kesehatan bagi mereka yang terserang penyakit akibat insiden 9/11. Dia menginginkan keadilan supaya banyak pengidap kanker terbantu dan bisa mendapat penanganan.

"Selain mengalami stres melawan kanker, mereka juga memerangi tekanan keuangan perawatan kesehatan. Itu tidak benar. Kami melayani kota kami, negara bagian kami, negara kami, harus ada kompensasi untuk itu," ujarnya, dikutip dari laman RT.

Pemerintah AS memberikan dana kompensasi korban 9/11 (VCF) untuk memproses klaim kematian dan cedera akibat serangan 11 September. Pendanaan kembali diberikan pada 2011 untuk membantu biaya medis petugas darurat yang mengalami berbagai penyakit.

Februari 2019, dana kompensasi dipangkas 70 persen karena menipisnya uang yang ada. Dewan Perwakilan Rakyat tengah memperjuangkan RUU yang bertujuan membuat VCF menjadi permanen dan mengucurkan dana tambahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement