REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dijadwalkan untuk mengunjungi zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) pada Ahad (30/6). Trump berharap ada pertemuan ketiga dengan pemimpin Korut Kim Jong-un.
Trump tiba di Seoul pada Sabtu malam untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Korsel Moon Jae-in setelah menghadiri KTT Kelompok 20 di Osaka, Jepang. Ia membuat tawaran kejutan mendadak untuk bertemu dengan Kim. Trump membuat tawaran untuk bertemu di pesan di Twitter tentang kunjungannya ke Korsel.
"Sementara di sana, jika Ketua Kim Korea Utara melihat ini, saya akan menemuinya di perbatasan atau DMZ hanya untuk menjabat tangannya dan berkata Halo (?)!", tulis Trump.
Jika Trump dan Kim bertemu, itu akan menjadi yang ketiga kalinya hanya dalam waktu satu tahun. Lalu empat bulan setelah pertemuan puncak kedua mereka di ibukota Vietnam, Hanoi, gagal. Keduanya gagal menyelesaikan perbedaan atas tuntutan AS untuk denuklirisasi, dan tuntutan Korut untuk pelonggaran sanksi.
Korut telah melakukan program nuklir dan rudal selama bertahun-tahun yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan AS. Sementara salah satu prioritas kebijakan luar negeri utama presiden AS yakni mengurangi ketegangan dengan Korut.
Sebagai tanggapan, kantor berita negara KCNA mengutip seorang pejabat senior Korut beberapa jam kemudian. Ia menyatakan itu adalah saran yang sangat menarik dan akan menjadi kesempatan yang berarti. Tetapi Korut belum menerima proposal resmi.
Moon mengatakan kepada Trump pada jamuan makan malam pada Sabtu bahwa pertemuan semacam itu akan menjadi peristiwa bersejarah. Tetapi bahkan jika itu tidak terjadi, Moon mengatakan, tawaran itu akan memiliki hasil yang signifikan karena Trump menunjukkan ketulusan kepada Kim.
Trump ingin mengunjungi DMZ, tempat Kim dan Moon mengadakan pertemuan puncak bersejarah pertama tahun lalu, selama kunjungan 2017 ke Korsel, tetapi kabut tebal mencegahnya.
Seorang anggota parlemen senior dari partai Moon, Lee Seok-hyun mengatakan di Twitter pada Sabtu bahwa Moon dan Trump kemungkinan akan bergabung dengan Kim pada Ahad untuk pertemuan tiga arah di Area Keamanan Bersama (JSA) dalam DMZ.
Moon telah memperjuangkan upaya untuk mengakhiri permusuhan antara Korut dan Amerika. Ia bersumpah untuk memainkan peran mediator dalam mendorong Pyongyang agar menyerahkan senjata nuklirnya sebagai imbalan atas pemberian bantuan, dan jaminan keamanan.
Sekretaris pers Moon mengatakan bahwa pertemuan antara Trump dan Kim akan menjadi peluang penting untuk menghidupkan kembali pembicaraan. Namun tidak mengatakan perihal kehadiran Moon ke DMZ atau bertemu Kim.
Trump, berbicara pada konferensi pers di Jepang pada Sabtu, mengatakan ia akan begitu nyaman melangkah melintasi perbatasan ke Korut, seperti yang dilakukan Moon secara singkat tahun lalu. Beberapa analis Korsel mengatakan pertemuan Trump-Kim yang lain tidak akan banyak membantu kemajuan kemajuan denuklirisasi.
"Trump sedang berusaha untuk secara bebas mengendalikan kedamaian di semenanjung Korea dengan tweet-nya dan kami tidak dapat membiarkan itu terjadi," kata analis dari University’s Institute for Far Eastern Studies di Seoul, Kim Dong-yup.
"Ini adalah strategi dan teknik yang dia adopsi untuk berurusan dengan mereka yang berada dalam posisi lemah dalam negosiasi, dan itu untuk politik domestik," ucapnya.
Trump diperkirakan akan bertemu dengan para pemimpin bisnis Korsel sebelum mengadakan pertemuan puncak dengan Moon dan mengunjungi DMZ. Dia dijadwalkan kembali ke Washington pada Ahad.
Trump dan Kim mengadakan KTT yang belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura pada Juni tahun lalu. Kemudian menyetujui untuk menjalin hubungan baru dan bekerja menuju denuklirisasi semenanjung Korea, dikutip dari Reuters.