REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan pembicaraan atau dialog ketujuh dan terakhir dengan Amerika Serikat (AS) sangat penting. Hal ia katakan pada hari kedua pembicaraan perdamaian dengan utusan khusus AS Zalymay Khalilzad di Qatar.
Shaheen mengatakan kedua belah pihak ingin mendapatkan 'hasil nyata'. Kini mereka tengah menuntaskan perjanjian yang akan menarik 20 ribu pasukan AS dan NATO dari Afghanistan dan mengakhiri perang terpanjang Amerika.
Perjanjian ini juga diharapkan memberi jaminan Afghanistan tidak lagi menjadi markas teroris yang melakukan serangan ke seluruh dunia. Pertemuan terakhir ini digelar dari Sabtu (29/6) kemarin dan diperkirakan baru akan berakhir pekan depan.
"Mendapatkan kesepakatan perdamaian yang komperhensif sebelum tanggal 1 September bukan sebuah keajaiban," kata wakil direktur Program Asia di Wilson Center Michael Kugelman, Ahad (30/6), seperti dilansir The Associated Press.
AS dan Taliban memulai negosiasi mereka beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Washington berharap kesepakatan yang akan mengakhiri perang di Afghanistan, dapat lahir sebelum 1 September. Kugelman mengatakan perjanjian tersebut dapat segera dirilis mengingat isu di Afghanistan mulai memperlihatkan kemajuan.
"Karena itu, saya bisa membayangkan kesepakatan yang terbatas pada 1 September dalam penarikan pasukan AS, mengingat sudah banyak kemajuan dalam isu ini," kata Kugelman.
Pompeo dan Khalilzad mengatakan kesepakatan akhirnya tidak hanya perjanjian denga Taliban dalam hal penarikan pasukan dan jaminan Afghanistan bukan lagi negara yang mengancam. Tapi juga kesepakatan dialog intra-Afghanistan dan gencatan senjata permanen.
Sampai saat ini Taliban masih menolak untuk berbicara secara langsung dengan pemerintah Afghanistan yang menggelar pertemuan terpisah dengan tokoh-tokoh Afghanistan di Kabul. Pertemuan tersebut dihadiri mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai, mantan anggota kelompok yang bertempur melawan Taliban.
Taliban sudah mengatakan mereka akan menemui pejabat pemerintah Afghanistan sebagai warga sipil biasa. Mereka menyatakan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani hany boneka AS.