REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago meyakini partai Gerindra bakal konsisten menjadi oposisi dari pemerintahan yang dipimpin Jokowi-Ma'ruf. Alasannya karena Gerindra ingin mempertahankan elektabilitas sampai pada pemilu 2024.
Pangi ragu Gerindra bakal menerima tawaran bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah. Sudah sewajarnya bagi Gerindra, kata dia, untuk mengimbangi koalisi pendukung pemerintah.
"Dalam sistem presidential murni yang menang jadi penguasa, yang kalah langsung jadi oposisi. Enggak ada ceritanya setelah presiden terpilih banting stir bergabung ke koalisi pemerintah yang sebelumnya menjadi kontestan atau bersaing dalam pilpres," katanya pada Republika.co.id, Ahad (30/6).
Pangi merasa Gerindra tak bakal melirik pemerintah jika hanya ditawari dua kursi menteri. Sebab Gerindra beresiko kehilangan dukungan pada pemilu 2024 bila tunduk pada pemerintah. Apalagi suara dukungan pada Pilpres 2019 sekitar 44 persen (68 juta).
"Saya memahami nuansa kebatinan mereka. Prabowo dan Gerindra tak mau mengecewakan grassroot mereka, sebab resikonya tidak main main, bisa bunuh diri bagi Gerindra kehilangan suara pada pemilu 2024," ujarnya.
Selain itu, ia mengingatkan Gerindra agar konsisten pada jalur oposisi demi menyehatkan demokrasi Indonesia. Ia meyakini Gerindra bisa saja mendulang kemenangan pada pemilu 2024, jika Jokowi gagal merealisasikan janji kampanyenya.
"Bagaimana pun Gerindra salah satu partai yang punya kans memenangkan pemilu 2024, kalau Jokowi gagal mensejahterakan dan menunaikan janji kampanye, maka pendukungnya sendiri bakal menjadi lawan Jokowi," ucapnya.