REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi bagian dari sejarah perjuangan merupakan sebuah kehormatan tersendiri. Sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo menyebut puisi-puisi karya sastrawan Taufiq Ismail merupakan gambaran-gambaran mengenai perjalanan sejarah.
Imam menuturkan, karya-karya Taufiq mencerminkan kekonsistenan dari sang penyair yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat itu, tak bisa diragukan dan sulit untuk dilupakan. “Bagi semua, tidak hanya sastrawan, beliau ini kan juga pejuang. Beliau ini adalah tokoh yang selalu menggunakan kata-kata puisi menjadi ekspresi sejarah,” jelas Imam saat mendatangi perayaan syukuran ulang tahun Taufiq Ismail ke-84 pada akhir pekan lalu, di wilayah Jakarta Timur.
Karya-karyanya yang dituliskan menjadi sebuah puisi itu, kembali dia tegaskan merupakan sebuah ekspresi dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Menurutnya, puisi yang dibuat oleh penyair kelahiran 25 Juni itu bukanlah merupakan puisi yang sulit untuk dipahami.
Justru, oleh karena tak sulit untuk dipahami, maka puisi-puisinya itu menjadi karya yang sangat menyentuh hati. Para pembaca dan penikmat sastra pun merasa sangat memahami dan bisa mencerna apa yang ditulis oleh Taufiq.
“Apa yang ditulis itu adalah sebuah perjalanan sejarah yang signifikan. Dengan membaca puisi, dan tahu kapan itu ditulis, itulah cerminan sejarah pada saat itu. Jadi saya melihat, alur, sejarah perjalanan masyarakat di republik ini, itu secara panjang, itu tercermin dalam puisi-puisi pak Taufiq,” jelas Imam.
Taufiq dinilai telah berhasil menggabungkan antara apa yang yang bisa tafsirkan dalam proses sosial dan gejolak fikiran dan hati yang juga dia rasakan. Oleh sebab itu, karya-karyanya pun tak jarang kerap menafsirkan sebuah perjalanan masyarakat dan ekspresi spiritual.
“Jadi itulah yang saya kira jarang orang bisa mengekspresikan melalui kata-kata yang indah tentang bagaimana sejarah ini berkembang dan bagaimana sebuah perjalanan rohani itu terjadi,” jelas dia.
Pada momentum ulang tahun ke-84 Taufiq Ismail, Imam mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan semoga panjang umur. Menurutnya, tahun ini merupakan masa-masa pencipta puisi “Sajadah Panjang” itu untuk menghimpun karyanya, dan mulai bertransisi dalam kehidupan. “Tularkan kepada seluruh generasi yang lebih muda,” tutur Imam.
Sastrawan Indonesia, Taufiq Ismail telah berulang tahun ke-84 pada 25 Juni lalu. Taufiq bersama dengan keluarganya lalu menggelar syukuran ulang tahun sekaligus peluncuran sebuah DVD “Meniti Kehidupan” yang merangkum perjalanan perjuangannya sebagai sastrawan Indonesia.