REPUBLIKA.CO.ID, MAGETAN -- Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mencatat luas lahan pertanian yang terdampak kekeringan pada musim kemarau di wilayah setempat terus meluas sehingga membuat para petani rugi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan (DTPHP-KP) Magetan Eddy Suseno mengatakan total luas lahan di Magetan yang ditanami padi pada musim kemarau pertama (MK 1) mencapai 21 ribu hektare. Dari jumlah ribuan hektare tersebut, terdapat 849,2 hektare lahan pertanian yang mengalami kekeringan dan bahkan terancam puso. Jumlah itu meluas dari sebelumnya yang hanya 167 hektare.
"Jumlah itu merupakan akumulatif sejak awal musim kemarau. Kami intensif berkoordinasi dengan petugas yang ada di lapangan untuk melakukan pemantauan," ujar Eddy kepada wartawan di Magetan, Senin (1/7).
Sesuai data, pihaknya mencatat sampai dengan saat ini ada 265,5 hektare lahan pertanian yang masuk kategori kekeringan berat dan diperkirakan data tersebut terus berkembang seiring masa puncak musim kemarau. Pihaknya sangat menyayangkan, karena sesuai pendataan tidak semua lahan yang terdampak kekeringan itu telah diasuransikan. Sehingga, petani tidak bisa melakukan klaim atas gagalnya panen tersebut.
"Kami masih menunggu data dari perusahaan asuransi berapa petani yang telah mengajukan klaim Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)," katanya.
Eddy menambahkan, selain tanaman padi, hasil pendataan, kekeringan juga melanda lahan tanaman tebu, kedelai, dan jeruk pamelo. Areal kebun jeruk pamelo juga tergolong terdampak kekeringan yang cukup parah selain padi.
"Kami sudah menurunkan petugas lapangan untuk mengecek pohon jeruk yang rusak atau mati. Untuk pohon yang rusak atau mati itu, akan kami ganti dengan bibit yang baru," katanya.
Menurutnya, penggantian bibit baru itu berdasarkan usulan dari kelompok tani dan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Guna mengatasi kekeringan di wilayah Magetan, selain mengandalkan hujan dan waduk irigasi, pemerintah daerah setempat berusaha untuk menambah pemasangan sumur pompa dalam bagi petani. Terutama di daerah yang jauh dari sistem irigasi. Pihaknya juga meminta petani untuk bercocok tanam sesuai musim dengan pola padi-padi-palawija guna menghindari kerugian akibat musim kemarau.