Senin 01 Jul 2019 18:35 WIB

Kemarau Masih Panjang, Hotspot Diproyeksi Bertambah

Adanya hotspot akibat pengaruh gelombang panas el Nino

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.
Foto: ANTARA
Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut, bertambahnya jumlah titik panas atau hotspot di sejumlah hutan dan lahan disebabkan adanya pengaruh gelombang panas el nino. Jumlah hotspot diproyeksi bakal bertambah seiring panjangnya musim kemarau hingga Oktober mendatang.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) KLHK Raffles Panjaitan mengatakan, meski pergerakan kemarau tahun ini datang lebih telat dibanding tahun lalu, potensi munculnya titik panas di sejumlah wilayah perlu diwaspadai. Untuk itu dia meminta kepada seluruh petugas pengendalian lingkungan hutan serta masyarakat untuk ikut serta memantau pergerakan titik panas.

“Kalau tahun lalu (kemarau) mulainya Mei, sekarang sekitar akhir Juni baru mulai. Tapi kemarau ini bisa panjang, karena sampai Oktober nanti," kata Raffles saat dihubungi Republika.co.id, Senin (1/7).

Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksi rata-rata wilayah daratan Indonesia akan menjadi lebih panas 0,2-0,3 derajat celcius pada 2020-2030 bila dibandingkan dengan suhu udara pada 2005-2015. Adapun wilayah yang diproyeksi bakal mengalami kenaikan suhu antara lain Sumatera Selatan, Papua bagian tengah, dan sebagian Papua Barat.

Sedangkan engaruh gelombang panas el nino, kata dia, dapat saja mengaburkan indikasi thermal atau panas dalam hotspot yang ditemukan petugas. Biasanya, tingkat panas hotspot dapat berpeluang menjadi api dan memicu kebakaran jika indikatornya mencapai 80 persen. Dengan demikian, dia mengatakan, saat ini tingkat thermal di bawah 80 persen bisa saja berpeluang menghasilkan api.

Untuk itu pihaknya bersama seluruh petugas yang diterjunkan ke lapangan akan melakukan identifikasi terhadap titik hotspot yang ditemukan. “Saat ini kita imbau betul para petugas itu harus selalu berdekatan dengan hotspot, kita ingin pengendaliannya diutamakan betul. Supaya kebakarannya bisa dihindarkan,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement