REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Nilai barang yang masuk (impor) ke Sulawesi Selatan lewat beberapa pelabuhan di provinsi ini pada Mei 2019 mengalami penurunan sebesar 16,06 juta dolar AS. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan Yos Rusdiansyah mengatakan nilai impor Sulsel pada Mei 2019 mencapai angka 76,43 juta dolar AS atau lebih sedikit dari bulan sebelumnya pada April 2019 yang berada di angka 92,49 juta dolar AS.
"Secara persentase penurunan nilai impor itu mencapai 17,36 persen. Tentu ini adalah hal yang baik jika nilai impor kita bisa turun dan ekspornya meningkat," ujarnya, Senin (1/7). Ia menjelaskan turunnya nilai impor pastinya menjadi hal yang baik, apalagi jika dibarengi dengan peningkatan nilai ekspor komoditi unggulan provinsi ini.
Impor yang paling besar nilainya terjadi pada komoditas bahan bakar mineral (BBM) dengan nilai sebesar 28,76 juta dolar AS atau dengan persentase secara keseluruhan nilai impor itu sebesar 37,62 persen.
Sedangkan untuk komoditas gandum-ganduman mencatat nilai impor sebesar 13,08 juta dolar AS (17,12 persen); ampas, sisa industri makanan sebesar 10,35 juta dolar AS (13,54 persen).
Kemudian alat-alat mesin pesawat mekanik sebesar 5,86 juta dolar AS (7,67 persen); serta pupuk sebesar 2,70 juta dolar AS atau menyumbang 3,53 persen.
Yos menyebutkan beberapa negara asal yang menyumbang lima terbesar dalam nilai transaksi ini yakni dari Singapura dengan total nilai impornya 21,52 juta dolar AS (28,16 persen); disusul Argentina dengan nilai 16,95 juta dolar AS (22,17 persen).
Tiongkok berada di urutan ketiga sebagai importir dengan nilai 14,35 juta dolar AS (18,78 persen); Malaysia di tempat keempat dengan nilai 9,09 juta dolar AS (11,90 persen) serta Kanada yang menyumbang nilai transaksi sebesar 5,91 persen atau sekitar 7,74 persen.
Dari semua barang impor itu, BPS Sulsel sendiri hanya mencatat lima komoditas utama yang permintaannya sangat tinggi seperti bahan bakar mineral yang mencapai 37.62 persen.