Selasa 02 Jul 2019 10:05 WIB

Teater Politis Pertemuan Trump-Kim di Batas Negara

Menyenangkan bisa bertemu Anda lagi. Tak pernah terbayangkan bisa bertemu di sini.

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Panmunjong di Zona Demiliterisasi, Ahad (30/6).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Panmunjong di Zona Demiliterisasi, Ahad (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria

"Oke, mari kita lakukan." Sesederhana itu kata-kata Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Ahad (30/6) lalu. Ia melangkahkan kaki melewati batas di Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea dan diikuti tepukannya di lengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un.

Maka, Trump menjadi presiden AS pertama semasa masih menjabat yang mendaratkan kakinya di wilayah Korut. "Menyenangkan bisa bertemu Anda lagi. Tak pernah terbayangkan saya bisa bertemu di tempat ini," kata Trump sambil tersenyum kepada Kim. Tak lupa hal tersebut diikuti siaran langsung yang ditayangkan televisi internasional.

"Ini momen besar," kata Trump yang dikutip BBC, Senin (1/7). "Kemajuan luar biasa," katanya.

Dua tahun lalu momen ini memang nyaris tak terbayangkan. Kunjungan ke perbatasan Korut ini memang terkesan mendadak. Kunjungan ini berlangsung sekitar tiga jam dengan 80 menit di antaranya dihabiskan Trump untuk bercakap dengan Kim. Keduanya sempat ditemani Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in.

Tak diragukan lagi, pertemuan tersebut memang amat bagus untuk dipajang di buku sejarah dan ditayangkan televisi. Namun, tak jelas apakah pertemuan itu juga membawa substansi yang sesungguhnya, yaitu kesediaan Kim untuk melucuti senjata nuklirnya.

Kemenangan bagi Trump adalah ia berhasil membuat kesepakatan untuk memulai kembali pembicaraan senjata nuklir Korut. Inilah pencapaian Trump setelah ia melenggang meninggalkan pertemuan keduanya di Vietnam pada Februari yang tak membawa hasil.

Pada Senin, kantor berita Korut, KCNA, melaporkan berita pertemuan tak terduga itu secara besar-besaran. KCNA menyebut pertemuan tersebut sebagai hal yang mengagumkan.

Tak hanya itu, KCNA mengutip ucapan Kim yang mengatakan bahwa ia memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Presiden Trump sehingga membuat pertemuan dramatis itu memungkinkan hanya dalam waktu hitungan hari.

Warga Korut jarang mendapat berita dari dunia internasional, sedangkan media Korut yang dibatasi secara ketat oleh pemerintah telah memotret AS sebagai musuh paling dibenci selama puluhan tahun. Karena itulah, pemandangan yang menampilkan Trump melangkah ke tanah Korut sebagai teman Kim akan menjadi peristiwa luar biasa bagi warga Korut kebanyakan.

Namun, pandangan berbeda datang dari kacamata pengkritik. Laman BBC menyebutkan, mereka menampik pertemuan ini sebagai hal penting. Mereka bahkan menilai pertemuan ini sebatas teater politis yang tak membawa kemajuan apa pun.

Sementara itu, CNN menyebutkan, pendekatan Trump yang berbeda memang layak dicoba meskipun, menurut CNN, tidak ada indikasi bahwa Kim memang tulus untuk menyerahkannya.

Baik Washington Post maupun Politico menyoroti latar belakang Trump yang citranya dipoles melalui tayangan reality show dan dunia real estat di New York yang ingar bingar. Semua itu membantunya menciptakan momen yang khusus dibuat untuk tayangan televisi sesuai keinginannya.

Ulah burung

Ketegangan di DMZ ternyata tak lumer hanya karena pertemuan mendadak Trump dan Kim. Gara-gara sekawanan burung yang dideteksi sebagai benda tak dikenal, Korsel langsung menerbangkan pesawat jetnya selepas perrtemuan keduanya.

"Radar menemukan jejak terbang objek tak teridentifikasi," kata Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel, Senin (1/7) lalu.

Media Korsel mengutip pejabat militer Korsel yang langsung berspekulasi obyek tersebut sebagai helikopter Korut yang terbang menyeberang ke Korsel. Namun, seorang pejabat Pemerintah Korsel mengatakan, pilot- pilot pesawat jet yang diminta untuk memeriksa tidak menemukan objek apa pun kecuali 20 burung yang terbang di atas DMZ.

Pejabat yang tidak disebutkan jati dirinya itu mengatakan, Korsel sudah mengirimkan pesan kepada Korut tentang pesawat jet yang mereka kerahkan untuk menghindari ketegangan yang tidak diperlukan.

Pemerintah Korsel mengatakan, mereka ber harap momentum diplomatik pertemuan Trump dan Kim di DMZ dapat membantu dialog antar-Korea serta dapat memecahkan kebun tuan negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea.

"Karena itu negosiasi nuklir antara Wa shing ton dan Pyongyang diharapkan akan bang kit kembali. Pemerintah akan memper kuat upayanya untuk menciptakan siklus yang baik antar- Ko rea, denuklirisasi, dan hubungan Korea Utara-AS," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan Lee Sang-min. (ap ed: yeyen rostiyani)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement