REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin mengeluarkan tentara AS dari Afghanistan, tapi khawatir negeri itu bisa digunakan sebagai pangkalan serangan teror terhadap Amerika Serikat.
Di dalam satu wawancara yang disiarkan Fox News, Senin (1/7), Trump mengatakan masalah dengan penarikan 9.000 prajurit AS dari Afghanistan ialah negeri tersebut laboratorium pelaku teror. "Saya menyebutnya 'Harvard-nya' pelaku teror," kata Trump.
Ia mengenang percakapan yang ia lakukan dengan para pejabat militer AS untuk memberi tahu mereka keinginannya menarik tentara. Trump mengatakan mereka memperingatkan dia lebih baik memerangi pelaku teror di Afghanistan daripada di dalam negeri.
"Pak, saya lebih suka menyerang mereka di sana, daripada menyerang mereka di tanah air kita. Itu adalah sesuatu yang harus selalu kita pikirkan," kata seorang jenderal kepada Trump.
Sekalipun Amerika Serikat benar-benar menarik tentara, kata Trump, AS akan tetap menempatkan keberadaan intelijen yang sangat kuat di Afghanistan. Wawancara dengan Trump direkam pada akhir pekan, sebelum serangan bom truk dilakukan pada Senin oleh petempur Taliban. Serangan itu menewaskan enam orang dan melukai 105 orang di Kabul, Ibu Kota Afghanistan.
Utusan Khusus Perdamaian AS Zalmay Khalilzad pada Senin mengadakan babak ketujuh pembicaraan perdamaian dengan Taliban di Qatar, dengan tujuan mengakhiri perang 18 tahun tersebut. Pusat pembicaraan perdamaian ialah tuntutan Taliban pasukan asing pergi dan tuntutan AS bagi jaminan Afghanistan takkan digunakan sebagai landasan untuk penyerangan di tempat lain.
Amerika Serikat memasuki perang di Afghanistan sebagai reaksi atas serangan 11 September 2001, serangan terhadap New York dan Pentagon. Di Afghanistan, AS berupaya mengusir para petempur Taliban, yang menampung pemimpin Alqaidah kelahiran Arab Saudi Usamah bin Laden. Sebanyak 2.400 prajurit AS tewas dalam konflik di Afghanistan.