REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menggagas digelarnya shalawatan antarelemen bangsa, usai acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 yang direncanakan bakal dilaksanakan pada 20 Oktober 2019 mendatang.
Orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini meyakini dengan bershalawat akan semakin mendinginkan ‘suhu’ politik nasional, setelah seluruh rangkaian pelaksanaan Pemilu 2019 paripurna.
“Tentu ini akan membuat suasana semakin adem dan saya rasa, ini juga akan menjadi sebuah awal yang bagus bagi Jokowi- Ma’ruf Amin untuk menjalankan pemerintahan,” katanya, Selasa (2/7).
Perihal gagasan ini, sebelumnya juga disampaikan gubernur saat menghadiri shalawatan dan Halal Bihalal Syecher Mania ‘Plat K’ se-eks Keresidenan Pati, di lapangan Karangharjo, Kragan Rembang, sehari sebelumnya.
Selama enam tahun memimpin Jawa Tengah, gubernur juga telah menjadikan ‘Jateng Bershalawat’ sebagai agenda rutin. Ternyata animo masyarakat Jawa Tengah pun sangat besar.
Sepanjang digelarnya acara Jateng Bershalawat ribuan kaum Muslim berduyun-duyun hadir ikut kegiatan itu. Terlebih Jateng Bershalawat juga selalu dipimpin ulama terkemuka, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau Habib Luthfi bin Yahya.
Bahkan sejak kali pertama dilantik sebagai Gubernur Jawa Tengah pada 2013 silam, keberkahan dari shalawat tersebut telah banyak dirasakan. Maka saya usul, agar setelah dilantik pada 20 Oktober mendatang Presiden Joko Widodo menggelar shalawatan di istana.
“Nanti pasti istana bakal penuh, bahkan luber sampai Monas. Masyarakat akan menghadirinya pasti akan berjubel,” tandas Ganjar.
Gubernur juga mengungkapkan, awal mula digelarnya kegiatan ‘Jateng Bershalawat’ yang berlangsung setiap bulan tersebut memang tidak terlepas dari peran Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf.
Ganjar mengisahkan kali pertama berjumpa habib asal Solo itu di Klaten, saat masih nyalon gubernur untuk periode pertama. Ia dikenalkan dengan Habib Syeikh yang saat itu duduk berdampingan.
Habib Syeikh bin Abdul Qodir Assegaf pun bertanya, sampeyan sinten, meh opo? Jarene sampeyan arep nyalon gubernur, gelem shalawatan ora? (Kamu siapa, mau apa? Katanya mau mencalonkan sebagai gubernur? Mau bershalawat tidak?: red).
Ganjar pun spontan lantas menjawab, "Insyaallah Bib." Jawaban ini ternyata dinilai kurang tegas hingga Habib Syech pun harus mengulangi lagi pertanyaannya, gelem opo ora? (mau apa tidak?; red).
Itulah yang disebutnya mengapa hingga kini hajat ‘Jateng Bershalawat’ telah meninjak tahun yang ke-enam. Sehingga kini mampu menjadi salah satu ciri khas keislaman yang ada di Tanah Air ini.
Karena masyarakat beribadah dengan guyub, bergotong- royong, cerminan Bineka Tunggal Ika, cerminan hubbul wathan minal iman.
“Bahkan, mantan Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia, Moazzam Tufail Malik, saat ikut hadir bershalawat sangat terkesima dengan antusias dan semangat kaum muslim di Jawa Tengah tersebut,” tambah gubernur.
Karena pesertanya cukup banyak dan mereka hadir dengan niat tulus. “Bahkan saking terkesimanya, Moazzam sangat berharap bershalawat dengan merdu dan damai seperti ini bisa juga dilakukan oleh umat Muslim di Inggris,” tambah Ganjar.