Selasa 02 Jul 2019 15:54 WIB

Akses Terbatas Sulitkan Dropping Air di Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul dan Bantul jadi yang paling parah merasakan kekeringan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Global Wakaf-ACT DIY serahterimakan sumur wakaf Dusun Bangkan.
Foto: Dok ACT DIY
Global Wakaf-ACT DIY serahterimakan sumur wakaf Dusun Bangkan.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Kekeringan sudah melanda beberapa titik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sejauh ini, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul menjadi yang paling parah merasakan dampak kekeringan.

Semua lembaga turun tangan melakukan usaha-usaha penanggulangan yang salah satunya dropping air bersih. Namun perlu dipahami jika tidak semua titik-titik kekeringan mudah dijangkau.

Baca Juga

Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY, Bagus Suryanto mengatakan, akses jangkau yang terbatas ke lokasi-lokasi kekeringan memang menyulitkan. Apalagi, armada-armada yang mereka miliki masih terbatas.

Belum lagi, beberapa daerah yang memang memiliki sumur belum bisa memanfaatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Sumur-sumur yang ada banyak yang berjenis tadah hujan. Ia menilai, itu pula yang membuat bantuan-bantuan air bersih yang selama ini datang cepat habis. Sementara kebutuhan masyarakat sendiri memang terbilang sangat tinggi.

"Misalkan kita dropping 10 tangki air ini hanya sekitar tiga hari untuk mereka karena dimanfaatkan beberapa kepala keluarga," kata Bagus kepada Republika.co.id, Selasa (2/7).

Sejauh ini, ACT DIY sudah mengirimkan 10 tangki air untuk tahap pertama. Jumlah dropping air tahap pertama itu memang masih sangat sedikit dari target ACT sebanyak 500 tangki air di DIY.

Target itu sendiri akan tersebar ke beberapa daerah di DIY. Tentunya, akan melihat terlebih dulu dan mempertimbangkan kebutuhan masing-masing daerah. "Tapi karena keterbatasan armada, kita masih berusaha terus sambil mempersiapkan armada khusus dari ACT yang akan fokus melakukan dropping-dropping air," ujar Bagus.

Untuk titik-titik kekeringan, pantauan ACT DIY ada tiga daerah yang sudah terdampak. Mulai Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul.

Fokus utama pengiriman air bersih hari ini memang ke Kabupaten Gunungkidul. Pasalnya, Bagus menilai, untuk kekeringan yang hingga kini paling terdampak merupakan Kabupaten Gunungkidul.

Bagus mengakui, untuk armada pengiriman air bersih ACT DIY memang masih sangat terbatas. Sehingga, dalam satu hari belum bisa maksimal mengirimkan bantuan dropping air.

Selain itu, ia menekankan, titik-titik kekeringan tidak semua mudah dijangkau. Evaluasi tahun lalu, baik di Gunungkidul atau Kulonprogo, tahun ini dropping air tidak menggunakan truk.

"Tapi, menggunakan mobil pick up yang diisi tempat penampungan air, sehingga memudahkan masuk ke titik distribusi, sehingga masyarakat yang aksesnya susah tetap bisa menerima bantuan air bersih," kata Bagus.

Selain itu, program ACT DIY lain yang diharapkan bisa terus diandalkan merupakan sumur wakaf. Hingga kini, ia mengungkapkan, ACT DIY sudah membangun kurang lebih 18 sumur wakaf.

Namun, tidak cuma memenuhi kebutuhan satu kabupaten karena ada di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul. Tapi, Bagus menekankan, ACT DIY akan terus melakukan pembangunan sumur-sumur wakaf.

"Target kita setiap satu bulan kita membangun dua sampai tiga sumur wakaf," kata Bagus.

Ia menerangkan, sumur wakaf yang dibangun sendiri kategori dalam sekitar 60-100 meter. Selain itu, ACT DIY akan segera membuat sumur-sumur dangkal dengan kedalaman sekitar 15 meter.

Pembangunan sumur dangkal sendiri memang membutuhkan dan dan waktu yang lebih sedikit dari pembuatan sumur dalam. Sehingga, diharapkan bisa cepat dimanfaatkan masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement