Selasa 02 Jul 2019 19:15 WIB

Tak Laku, Ribuan Ton Garam Petambak Cirebon Menumpuk

Ribuan ton garam petambak cirebon menumpuk sejak panen 2018 lalu.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Reiny Dwinanda
Pekerja mengemas garam dalam panen terakhir tahun ini.
Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Pekerja mengemas garam dalam panen terakhir tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -– Ribuan ton garam hasil panen 2018 milik para petambak di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, hingga kini belum laku terjual. Padahal, para petambak saat ini sudah mulai memasuki musim panen garam kembali.

Garam hasil panen tahun lalu itu masih menumpuk di gudang-gudang milik petambak dan tengkulak garam di desa Rawaurip. Garam tersebut dihargai dengan murah.

Baca Juga

Salah seorang petambak garam di Desa Rawaurip, Toto (38), menyebutkan, anjloknya harga garam sudah mulai terjadi sejak tiba musim hujan pada akhir 2018 lalu. Harga garam yang awalnya mencapai Rp 1.000 per kg di gudang penyimpanan, malah turun menjadi Rp 800 per kg.

Setelah itu, harga garam kembali turun di kisaran Rp 700 per kg. Bahkan, harga garam kemudian kembali anjlok menjadi Rp 500 per kg. Meski dengan harga rendah seperti itu, garam petambak tetap kurang peminat.

"Jika dijumlahkan, garam yang belum terjual bisa mencapai ribuan ton,’’ ungkap Toto, Selasa (2/7).

Toto mengatakan, garam di gudang tiap petambak bisa mencapai 20 ton - 50 ton. Sementara itu, di gudang milik tiap tengkulak ada ratusan ton garam.

Toto mengungkapkan, jumlah garam yang menumpuk di gudang itu akan terus bertambah. Pasalnya, saat ini petambak sudah mulai ada yang memasuki masa panen garam.

Selain jumlahnya yang kian menumpuk, harga garam juga menjadi lebih anjlok. Saat ini,  untuk garam yang baru saja dipanen, hanya dihargai Rp 300 per kg. Para petambak khawatir harga garam akan semakin anjlok jika sudah mulai memasuki panen raya.

‘’Saya juga bingung mau menjual garam kemana,’’ ungkap Toto.

Hal senada diungkapkan petambak garam lainnya, Warpin (46). Dia mengaku masih memiliki 30 ton garam hasil panen tahhun lalu yang belum laku terjual.

‘’Sejak tiga bulan lalu saya sudah menawarkan garam ke para penimbang (tengkulak), tapi belum laku,’’ ujar Warpin.

Saat ini, Warpin sudah mulai memanen garam kembali. Dia pun bertambah cemas karena garam semakin menumpuk dan harganya semakin jatuh.

Baik Toto maupun Warpin mengaku tidak tahu persis mengapa garam milik mereka tak laku terjual dan harganya terus anjlok. Mereka berharap pemerintah bisa memberikan solusi nyata untuk membantu para petambak garam yang saat ini kesulitan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement