Selasa 02 Jul 2019 20:06 WIB

Iran Bantah Tuduhan Telah Lama Langgar Kesepakatan Nuklir

Iran meningkatkan stok uranium dari yang ditetapkan kesepakatan nuklir 2015.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran membantah tuduhan Gedung Putih yang mengatakan Teheran sudah lama melanggar persyaratan yang ada dalam kesepakatan nuklir 2015 atau yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sebelumnya Iran mengumumkan akan menghimpun lebih banyak uranium yang dikayakan dari yang ditetapkan JCPOA.  

"Serius?" tulis Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam di media sosial Twitter dalam menjawab pernyataan juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham, Selasa (2/7). 

Baca Juga

Grisham mengatakan tidak ada keraguan Iran telah melanggar JCPOA. Bahkan, sebelum kesepakatan yang ditanda tangani dengan enam kekuatan dunia lainnya itu dibuat. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan Iran untuk 'tidak bermain api' dngan Iran. Langkah Iran meningkatkan stok uranium mereka menjadi langkah terjauh mereka sejak AS menarik diri dari JCPOA tahun lalu. 

Namun, Zarif mengatakan langkah tersebut tidak melanggar perjanjian nuklir itu. Ia berpendapat Teheran memiliki hak untuk menanggapi keluarnya AS dari JCPOA. 

Tapi langkah Iran dapat menciptakan konsekuensi yang lebih luas lagi bagi diplomasi di saat negara-negara Eropa mencoba untuk menarik kembali AS dan Iran dari konfrontasi. Pengumumanan Iran ini dirilis dua pekan setelah Trump mengaku membatalkan serangan udara ke Iran. 

Kantor berita semi-resmi Fars melaporkan uranium dikayakan Iran kini melebihi 300 kilogram, batas yang ditetapkan JCPOA. Badan pengawas nuklir PBB Atomic Energy Agency (IAEA) pun sudah mengkonfirmasi Teheran melewati batas yang ditetapkan. 

"Tidak ada pesan untuk Iran, mereka tahu apa yang mereka lakukan, mereka tahu beramin dengan apa, dan saya pikir mereka bermain dengan api, jadi tidak ada pesan apa pun untuk Iran," kata Trump. 

Negara-negara Eropa yang masih tergabung dalam JCPOA dan mencoba mempertahankannya meminta Iran untuk tidak melangkah lebih jauh sehingga melanggar kesepakatan tersebut. Tapi, mereka menahan diri untuk menyatakan perjanjian tersebut bubar atau memberikan sanksi. 

Gedung Putih menuduh Iran melanggar JCPOA sejak perjanjian itu belum dan sesudah disepakati. Sangat bertolak belakang dengan kesaksian Direktur CIA Gina Haspel kepada Komite Intelijen Senat AS. 

"Pada saat ini, secara teknis, mereka masih mengikutinya," kata Haspel. 

Direktur eksekutif Arms Control Association Darly Kimball mengatakan tuduhan Gedung Putih 'tidak logis'. Ia menyatakan saat JCPOA disimpulkan, Teheran dan IAEA sepakat dalam 'peta jalan' yang mana Iran menjawab pertanyaan-pertanyaan IAEA tentang program penelitian nuklir. 

"Prosesnya masih berjalan," kata Kimball. 

Ia juga mengatakan tidak ada standar internasional yang melarang Iran melakukan pengkayaan uranium. Sesuatu yang ditegaskan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. "Bukan itu masalahnya, masalahnya posisi Amerika," katanya. 

Enam resolusi Dewan Keamanan PBB yang ditegaskan Pompeo menetapkan standar yang menggantikan Resolusi 2231. Iran masih diizinkan melakukan pengkayaan uranium dengan ketentuan yang berlaku. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement