Rabu 03 Jul 2019 05:00 WIB

Kegigihan Tan Kheng Hiong Jaga Iman di Tengah Impitan Hidup

Tan Kheng Hiong tetap istikamah menjaga iman meski mendapat masalah.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nashih Nashrullah
Salah seorang korban tsunami Aceh 2004, Tan Kheng Hiong yang kini bernama Siti Aisyah, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf pada Agustus 2018, bantuan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) karena Aisyah hidup sebatang kara lantaran suami dan anaknya meninggal.
Foto: Dok IZI
Salah seorang korban tsunami Aceh 2004, Tan Kheng Hiong yang kini bernama Siti Aisyah, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf pada Agustus 2018, bantuan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) karena Aisyah hidup sebatang kara lantaran suami dan anaknya meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN — Salah seorang korban tsunami Aceh 2004, Tan Kheng Hiong yang kini bernama Siti Aisyah, memutuskan  menjadi seorang mualaf pada Agustus 2018. Sudah 10 tahun dia hidup sebatang kara lantaran suami dan anaknya meninggal akibat menjadi korban bencana tsunami terbesar itu, dan dia harus menjadi seorang asisten rumah tangga (ART). 

Selain suami dan anaknya yang menjadi korban, seluruh keluarga besarnya pun turut menjadi korban dalam musibah tersebut. Pada 2018 lalu, Aisyah memutuskan untuk pindah dan menyambung hidup di Kota Medan.   

Baca Juga

Aisyah memberanikan diri pindah dari Banda Aceh menuju Medan, namun sangat disayangkan, ia harus berjuang untuk sekedar mencari makan saat pindah ke Medan. “Saya bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di salah satu rumah dosen perguruan tinggi di Medan,” kata Aisyah dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (2/7).  

Hidup sebatang kara membuat Aisyah harus bekerja keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun hidup di kota orang, Aisyah tidak pantang menyerah mencari pekerjaan. Pekerjaan tersebut terus dia tekuni untuk dapat menyambung hidup dengan tidak meminta-minta ke orang lain.