REPUBLIKA.CO.ID, CIUDAD JUAREZ -- Puluhan migran yang berasal dari Amerika Tengah di Meksiko memutuskan kembali ke negara asal mereka, Selasa (2/7). Sebelumnya, para migran tersebut harus menunggu suaka mereka diproses di AS selama enam bulan terakhir.
Tercatat ada 66 orang yang berasal dari Honduras, Guatemala, dan El Salvador. Mereka kembali dari Ciudad Juarez, Meksiko, kota di seberang El Paso, Texas setelah meminta suaka di Departemen Luar Negeri AS.
Namun, AS memiliki sebuah kebijakan yang kontroversial, dikenal sebagai Migration Protection Protocols (MPP). Kebijakan yang dikenal sebagai 'Remain' di Meksiko tersebut bertujuan mencegah orang-orang mengejar klaim suaka AS.
Pemerintah AS yang dipimpin Presiden Donald Trump mengatakan banyak klaim yang diajukan salah. Dengan demikian, pemohon akan berhenti dan memilih untuk kembali karena mereka menyadari harus menetap di Meksiko dalam waktu yang lama.
Proses suaka AS dapat memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun lamanya untuk diputuskan karena tumpukan besar kasus pengadilan imigrasi. Bahkan, untuk melewati tahap pemeriksaan juga dibutuhkan waktu untuk dijadwalkan terlebih dahulu.
Dakam sebuah pernyataan, lembaga migrasi Meksiko (INM) mengatakan para migran yang kali ini dipulangkan telah tinggal di Ciudad Juarez selama setengah tahun. Mereka terus menunggu hakim memutuskan kasus suaka mereka, karena beberapa diantaranya dijawalkan untuk menjalani pemeriksaan pada September 2020.
Sejumlah migran memberikan kesaksian mereka begitu menderita harus berada di Ciudad Juarez. Selama menunggu proses suaka di sana, tak jarang terjadi pemerasan oleh polisi.
"Kami ingin pergi ke AS untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kami, tapi kami telah mengalami penghinaan dan berbagai hal buruk lainnya," ujar migran asal Honduras, Angela Flores.
Pendukung dan sejumlah aktivis hak asasi manusia mengecam adanya MPP. Salah satu alasan utamanya adalah karena kebijakan itu berpotensi membahayakan para migran, dengan mengirim mereka tinggal dalam waktu lama di beberapa kota paling kejam di Meksiko.
Selain itu, kelompok hak asasi khawatir migran yang menyerah pada klaim suaka mereka dapat dikirim kembali ke situasi berbahaya yang sama dengan yang mereka tinggalkan. Banyak diantara para migran yang kembali menolak melakukan wawancara karena kekhawatiran identitas mereka diketahui.
Seorang migran bahkan mengakui meninggalkan negaranya karena perlakuan kejam keluarganya di negara asal. Selain itu, banyak dari mereka yang berharap dapat memiliki pekerjaan lebih baik di AS.
Kementerian luar negeri Meksiko mengatakan perjalanan para migran untuk kembali ke negara asal mendapat dukungan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi yang didukung oleh AS sebagai bagian dari program sementara pengembalian sukarela.
Menurut data resmi, sejak Januari lalu, lebih dari 16.700 migran Amerika Tengah telah dikirim kembali ke Meksiko di bawah MPP untuk menunggu kasus suaka mereka diproses.