Rabu 03 Jul 2019 15:08 WIB

Uni Emirat Arab Bantah Kepemilikan Senjata Temuan di Libya

Senjata temuan di Libya dianggap mencederai resolusi PBB.

Ilustrasi berbagai jenis senjata api
Foto: X80001/HANDOUT
Ilustrasi berbagai jenis senjata api

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI— Uni Emirat Arab (UAE) membantah kepemilikan senjata yang ditemukan di Libya. Bantahan disampaikan Kementerian Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional pada Selasa (2/7).

Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa Uni Emirat Arab kembali menegaskan komitmen mereka terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB tentang sanksi dan embargo senjata.

Baca Juga

"Uni Emirat Arab mendesak semua pihak untuk turut meredakan ketegangan dan kembali terlibat dalam proses politik PBB," bunyi pernyataan tersebut.

Sementara secara terpisah, sebuah serangan udara menghantam pusat penahanan imigran di Tajoura, pinggir kota Tripoli, Libya. Seorang pejabat yang bekerja di lembaga anti-imigran ilegal ada beberapa imigran yang menjadi korban tewas.   

"Sangat prihatin dengan, laporan imigran dan pengungsi yang meninggal," tulis organisasi pengungusi PBB (UNHCR), Rabu (3/7) sebagaimana dilansir Reuters.  

Belum ada rincian lebih lanjut tentang insiden ini.  di Tajoura ada beberapa kamp militer pasukan yang bersekutu dengan pemerintah yang diakui masyarakat internasional. 

Mereka sedang bertempur melawan pasukan Khalifa Haftar yang mencoba merebut Tripoli. Pasukan Haftar yang bernama Tentara Nasional Libya (LNA) mengatakan akan mulai melancarkan serangan udara yang menargetkan Tripoli setelah 'sarana perang tradisional' telah habis. 

LNA gagal merebut Tripoli setelah bertempur selama tiga bulan. Pada pekan lalu mereka kehilangan kota Gharyan yang berhasil diambilalih pasukan pemerintah. 

Libya menjadi titik utama pintu keluar imigran dari negara Afrika dan Arab yang mencoba untuk pergi ke Italia dengan kapal. Pemerintah Libya menahan ribuan orang di pusat penahanan imigran itu. 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement