REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga, produk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia belum secara keseluruhan masuk ke pasar ritel. Minimnya packaging yang baik dan menarik nyaris membuat produk UMKM domestik sulit dilirik konsumen.
Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Daerah (Apkasi) Mardani Maming mengakui kurangnya optimalisasi pengemasan produk UMKM. Hal tersebut membuat UMKM sulit bersaing dengan produk pabrikan, meski secara kualitas produk UMKM diklaim jauh lebih unggul secara kualitas dan harga.
Guna menggenjot perluasan pasar di sektor tersebut, pihaknya menggandeng Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) serta beberapa perusahaan rintisan (startup) memberikan pembinaan serta wawasan pemasaran yang lebih luas.
“Kita minta mereka bantu, dan beberapa UMKM sudah ada yang produknya dipasarkan di beberapa startup nasional ya. Tapi, jumlah itu belum terlalu banyak, kami juga belum bisa mempresentasekan totalnya,” kata Mardani saat ditemui di sela-sela acara pameran Apkasi Otonomi Expo 2019, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Dia menambahkan, produk UMKM yang paling diminati setelah produk kain dan tekstil daerah adalah makanan dan minuman. Di mana, kata dia, beberapa pengemasan produk UMKM mamin sudah cukup banyak perkembangan.
Meski dia mengakui, tak sedikit juga sektor tersebut belum terbina dengan baik mengenai pengemasan dan pemasaran produknya. Untuk itu, melalui pameran Apkasi Otonomi Expo 2019 ini dia berharap, para pelaku UMKM dari tiap-tiap daerah dapat melihat keunggulan apa saja yang dimiliki daerah lainnya di bidang pengemasan. Sehingga diharapkan, kata Mardani, ke depan produk UMKM mampu bersaing di kancah domestik maupun internasional melalui perluasan pasar ritel.