Rabu 03 Jul 2019 17:30 WIB

Anjlok, Garam Petani Cirebon Hanya Dihargai Rp 300 Per Kg

Toto khawatir harga garam bisa turun hingga Rp 50 per kilogram.

Pekerja menaikkan garam rakyat ke atas truk di Desa Bunder, Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Pekerja menaikkan garam rakyat ke atas truk di Desa Bunder, Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Petani garam yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku sangat merugi pada musim panen kali ini. Pasalnya, hasil produksi mereka hanya dihargai Rp 300 per kilogram.

"Tentu kami sangat mengkhawatirkan dengan terus anjloknya harga garam," kata Toto, petani garam di Desa Rawaurip, Kabupaten Cirebon Toto di Cirebon, Rabu (3/7). Toto khawatir harga garam akan terus anjlok. Sebab, saat ini sejumlah petani garam sedang bersiap menghadapi panen raya.

Baca Juga

Jika stok garam melimpah, sangat dimungkinkan bisa mencapai titik terendah, bahkan tidak laku karena sekarang saja sudah murah. "Kalau sekarang Rp 300 per kilogramnya, mungkin saat panen raya, bisa hanya dihargai Rp 50 per kilogram," tuturnya.

Dia berharap pemerintah segera mencarikan solusi untuk para petani garam. Dengan begitu, kesejahteraan para petani garam bisa terjaga.

Sementara itu, petani lain, Rasmu, mengatakan bahwa harga Rp 300 per kilogram sangat tidak sesuai. Karena tidak bisa mengganti tenaga yang sudah dikeluarkan oleh para petani.

Menurut dia, harga ideal garam adalah Rp 1.000 per kilogram. Meskipun demikian, pihaknya masih terus menggarap tambak garamnya, sebab hanya itu mata pencahariannya.

"Daripada nganggur mending menggarap lahan, ya walaupun sebenarnya, harga garam saat ini tidak layak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement