Rabu 03 Jul 2019 17:47 WIB

Realisasi Penyaluran KUR Produktif Baru 42,9 Persen

Sejumlah bank belum mencapai target penyaluran KUR

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
 Petugas sedang berbincang dengan debitur di kantor penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) salah satu bank milik pemerintah. ilustrasi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang berbincang dengan debitur di kantor penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) salah satu bank milik pemerintah. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencatat, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)  untuk sektor produktif berada di kisaran 42,9 persen. Pencapaian tersebut masih di bawah target pemerintah, yaitu 60 persen dari total penyaluran KUR di tahun ini, yakni Rp 140 triliun.

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Yuana Sutyowati berharap, pihak perbankan yang sudah ditetapkan sebagai penyalur KUR produktif dapat semakin melakukan penyaluran. "Masih ada waktu sampai Desember," tuturnya saat ditemui usai rapat koordinasi di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (3/7).

Baca Juga

Yuana menyebutkan, ada beberapa bank yang belum mencapai target. Meski enggan menyebutkan secara detail, ia tidak menampik bahwa di antaranya adalah bank-bank penyalur KUR terbesar. Yakni, BNI, BRI dan Mandiri yang berkontribusi atas 85 persen dari total target penyaluran tahun ini.

Guna memaksimalkan penyaluran KUR produktif, Yuana menjelaskan, sebaiknya diberikan peringatan kepada perbankan yang belum memenuhi target. Misalnya saja dengan kembali menurunkan plafon seperti yang sudah dilakukan pemerintah di tahun ini kepada beberapa bank.

Yuana mengakui, menyalurkan KUR untuk sektor produksi memang tidak mudah. Sebab, mengukur kelayakan usaha di sektor produksi cenderung lebih sulit dibandingkan di ritel.

"Kalau pedagang kan cashflownya lebih nyaman, sedangkan di sektor produksi, risiko kerugiannya lebih tinggi dan dinamis," katanya.

Yuana menyebutkan, risiko tersebut mungkin sulit berjalan dengan sifat prudent atau kehati-hatian dari perbankan. Oleh karena itu, ia tetap memberikan apresiasi kepada bank yang sudah berusaha memaksimalkan penyaluran KUR ke sektor produksi.

Peringatan berupa penurunan plafon disebutkan Yuana mungkin saja masih berlaku pada tahun depan. Tapi, sampai saat ini, pemerintah belum menetapkan berapa persentase penurunannya.

Yuana menjelaskan, pemerintah akan terus mendorong perbankan untuk menyalurkan KUR Produktif. Sebab, sektor ini memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam (SDA) Indonesia yang melimpah.

"Selain itu, potensi penyerapan tenaga kerjanya lebih signifikan dibandingkan sektor ritel," katanya.

Sementara itu, secara umum, realisasi penyaluran KUR per 31 Mei 2019 adalah Rp 65,5 triliun atau sekitar 47 persen dari target penyaluran KUR sampai akhir tahun. Total tersebut telah diberikan kepada 2,3 juta debitur yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Dari total Rp 65,5 triliun, sebanyak Rp 40,9 triliun di antaranya diberikan dalam bentuk KUR Mikro. Realisasi tersebut masih 48,76 persen dari target penyaluran KUR Mikro tahun ini, yakni Rp 83,8 triliun.

Sementara itu, penyaluran KUR Kecil sampai 31 Mei adalah 24,3 triliun atau 45,38 persen dari target Rp 53,5 triliun. Terakhir, KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (P-TKI) sudah mencapai p 289 miliar atau 18,47 persen dari target Rp 1,56 triliun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement