REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Warga Kabupaten Lebak, Banten selama sepekan terakhir mulai kesulitan air bersih akibat kemarau yang terjadi sejak awal Juni 2019. Sumur air bawah tanah dan pompa jet pump warga telah mengering.
"Kami dan warga lainnya terpaksa mencari air bersih untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK) ke sumber air makam keramat," kata Samsuri, warga Desa Padasuka, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Rabu (3/7).
Samsuri mengatakan, warga desa ini setiap hari memadati sumber air keramat karena sumur dan pompa jet pump mengering. Selain itu, juga ada warga membeli air bersih menggunakan jasa tukang ojek ke sumber mata air ke luar desa.
Mereka yang membeli air bersih dengan biaya tukang ojek harganya antara Rp 10.000 sampai Rp 20.000 untuk satu bak mandi berukuran 2X1,5 meter. "Kami sudah biasa tinggal di sini jika kemarau mengalami kesulitan air bersih," katanya.
Sekertaris Desa Padasuka Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak Suhayah mengatakan, bahwa beberapa perkampungan di wilayahnya mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau itu. Bahkan, sejumlah sumur bawah tanah dan jet pum mengering.
"Kami telah mengajukan permohonan ke BPBD setempat untuk segera didistribusikan pasokan air bersih," katanya.
Begitu pula Nana, warga Desa Calung Bungur, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya saat ini kesulitan air bersih menyusul sarana MCK tidak berfungsi. Akibat kesulitan air bersih tersebut, sebagian warga mengambil air ke daerah aliran sungai Ciberang, namun untuk keperluan konsumsi sehari-hari, mereka membeli air mineral kemasan atau galon isi ulang.
"Kami berharap sarana air bersih itu segera dibangun kembali sehingga warga bisa menggunakan lagi untuk keperluan MCK," katanya.
Ia juga menyebutkan, selama dua tahun terakhir warga di sini kesulitan memperoleh air bersih, karena tidak memiliki sumber mata air setelah hutan yang ada menjadi tanah lapang milik pengembang. "Kalau dulu kami masih bisa mendapat air bersih dari sumur tanah," ujarnya.