REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Wakil Menteri Pertanian China, Yu Kangzhen pada Kamis (4/7) menyatakan jumlah kematian akibat demam babi meningkat menjadi 1,2 juta ekor. Akan tetapi, ia menyampaikan penyebarannya telah melambat secara signifikan.
Ia mengatakan, pihak berwenang meningkatkan upaya untuk menahan demam babi Afrika tetapi situasinya rumit dan suram. Dia mengatakan pemerintah sedang mengembangkan vaksin tetapi pekerjaan itu masih cukup jauh.
"Wabah demam babi di China telah melambat secara signifikan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan," kata Yu.
Daging babi merupakan daging utama China dan negara ini memproduksi dan mengonsumsi dua pertiga dari babi dunia. Larangan yang diberlakukan pada pengiriman keluar dari daerah yang terinfeksi sejak wabah dimulai pada Agustus telah menyebabkan kekurangan daging babi di kota-kota besar.
Para importir mengisi kesenjangan stok daging babi dengan membeli lebih banyak dari luar negeri yang mendorong kenaikan harga di Asia dan Eropa. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, virus tersebut tidak membahayakan manusia tetapi berakibat fatal dan menyebar dengan cepat di antara babi.
Virus menyebar dari Afrika ke Eropa dan Rusia sebelum mencapai China. Di China, 144 kasus telah dilaporkan di 32 dari 34 provinsi di China.
Namun, dia mengatakan beberapa otoritas lokal tidak melaporkan kasus demam babi. Yu menolak laporan oleh kantor berita Reuters bahwa pemerintah setempat hanya melaporkan setengah dari wabah China.
"Kami tidak bisa berjanji bahwa itu tidak pernah terjadi, tetapi jika itu terjadi, kami akan menghukumnya dengan tegas dan segera," katanya.