Kamis 04 Jul 2019 17:59 WIB

47 Persen Saluran Irigasi di Jabar Rusak

Tingkat kerusakan saluran irigasi mulai ringan hingga berat.

Rep: Ari Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
Irigasi pertanian, ilustrasi
Irigasi pertanian, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pada musim kemarau ini, sejumlah saluran  irigasi di Jawa Barat dalam kondisi rusak. Bahkan, menurut Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Linda Al Amin, hanya 53 persen yang dapat beroperasi maksimal.

"Jadi 47 persen irigasi lainnya saat ini kondisinya rusak, mulai kerusakan ringan hingga berat," ujar Linda kepada wartawan, Kamis (4/7).

Baca Juga

Menurut Linda, akibat irigasi banyak yang rusak tersebut salah satu dampaknya adalah, areal lahan pertanian kekeringan karena saluran air tersendat.

"Jadi bahwa banyak jaringan irigasi rusak, sehingga tidak sampai ke sawah-sawah (airnya). Jadi bertambah area luas (sawah) kekeringan. Itu betul," paparnya.

Namun, kata dia, sejumlah irigasi di Jabar tidak selalu pengelolaannya di bawah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. Sebagain besar, justru dikelola oleh pemerintah pusat dan kabupaten kota. Adapun pihaknya, hanya mengelola 103 daerah irigasi seluas 100 ribu hektar.

"Setelah ditinjau, terdapat 20 persen irigasi rusak ringan, 12 persen rusak ringan dan 15 persen rusak berat," katanya.

Linda mengaku, pihaknya sudah melakukan penanganan darurat seperti pasang brongjong, tapi itu sifatnya sementara. "Nah rusak berat ini yang gak bisa mengairi sama sekali. Itu seperti saat banjir beberapa bulan lalu," kata Linda.

Sementara untuk melakukan penanganan jangka panjang, kata Linda, saat ini pihaknya belum memiliki anggaran untuk merevitalisasi irigasi-irigasi yang rusak berat tersebut. Sejauh ini Dinas PSDA Jabar hanya mengoptimalkan alokasi anggaran operasional dan pemeliharaan untuk mengatasi kerusakan ringan.

"Memang untuk revitalisasi kita tahun ini belum ada anggaran, kita anggarkan di tahun depan secara bertahap. Intinya kita ada yang diprioritaskan, sementara pakai anggaran pemeliharaan dulu," katanya.

Namun, kata dia, permasalahan pada lahan pertanian, khususnya sawah bukan hanya diakibatkan kerusakan irigasi. Hal ini, kerap terjadi karena petani yang kurang patuh kalender tanam.

Jadi, kata dia, belum patuhnya petani dalam melaksanakan kalender tanam juga jadi persoalan. Seharusnya, musim kemarau ini tanamnya bergantian agar bisa mengatur penggunaan air. "Tapi masih ada yang paksa tanam bersamaan," katanya.

Menurutnya, wilayah utara kerap kali mengalami kekeringan di kala musim kemarau. Namun, ia memastikan ketersediaan sumber air dari waduk Jatigede dan Jatiluhur untuk beberapa bulan mendatang. Hanya saja, pihaknya akan mengatur sedemikian rupa agar aliran air dapat diakses pada semua sektor yang bergantung dari irigasi.

 

"Jadi kita akan mengawal pembagian air. Nanti ada petugas palang pintu air, membantu gilir pasokan air. Biar semuanya bisa tetap terairi," paparnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement