Kamis 04 Jul 2019 18:34 WIB

Kapal Tanker Bawa Minyak ke Suriah Ditahan di Gibraltar

Jika terkonfirmasi, pengiriman minyak ke Suriah dinilai melanggar sanksi AS.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Kapal Tanker Minyak (ilustrasi)
Foto: amveruscg.blogspot.com
Kapal Tanker Minyak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gibraltar menyatakan pada Kamis (4/7) bahwa pihaknya telah menahan kapal super Grace 1 atas dugaan membawa minyak mentah ke Suriah.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Gibraltar mengatakan bahwa mereka memiliki bukti bahwa Grace 1 membawa pengiriman minyak mentahnya ke kilang Banyas di Suriah.

Baca Juga

"Kilang itu adalah milik entitas yang dikenai sanksi Uni Eropa (UE) terhadap Suriah," kata Kepala Menteri Gibraltar Fabian Picardo. 

Data pemetaan Refinitiv Eikon menunjukkan Grace 1 memuat minyak mentah Iran pada 17 April. Jika hal itu dikonfirmasi, upaya pengiriman ke Suriah juga bisa menjadi pelanggaran sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor minyak Iran.

Sanksi UE terhadap pemerintah Suriah mulai berlaku pada Mei 2011, tak lama setelah bentrokan berdarah antara pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan demonstran pro-demokrasi yang meluas menjadi perang saudara berkepanjangan.

Iran, sekutu dekat Assad, juga berada di bawah rezim sanksi AS yang dimaksudkan untuk melarang semua penjualan internasional minyak Iran. Sanksi diberlakukan setelah Presiden AS, Donald Trump menarik Washington tahun lalu dari perjanjian nuklir 2015 Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Daerah-daerah yang dikuasai pemerintah Suriah mengalami kekurangan bahan bakar akut awal tahun ini, akibat sesuatu yang disebut Assad sebagai pengepungan ekonomi. Pada Mei, Suriah menerima pasokan minyak asing pertamanya selama enam bulan dengan kedatangan dua pengiriman termasuk satu dari Iran.

Pemerintah Gibraltar menerbitkan peraturan pada Rabu untuk memberlakukan sanksi terhadap kapal tanker dan muatannya.

"Kami menyambut tindakan tegas ini oleh pihak berwenang Libya, yang bertindak untuk menegakkan rezim Sanksi Suriah Uni Eropa," ucap seorang juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris.

Pada awal tahun ini, Reuters mengungkapkan bagaimana Grace 1 merupakan satu dari empat kapal tanker yang terlibat dalam pengiriman bahan bakar minyak Iran ke Singapura dan Cina, yang melanggar sanksi AS. Data pemetaan Refinitiv Eikon menunjukkan Grace 1 berlayar dengan rute yang lebih panjang ke muara Mediterania, di sekitar ujung selatan Afrika alih-alih melalui Terusan Suez Mesir.

Kapal tanker itu didokumentasikan sebagai pemuat bahan bakar minyak di Irak pada Desember, meskipun pelabuhan Irak tidak mencantumkannya di pelabuhan dan sistem pelacakannya dimatikan. Tanker itu kemudian muncul kembali di peta pelacakan di dekat pelabuhan Iran di Bandar Assaluyeh.

Berdasakan data pengiriman menunjukkan bahwa kapal tersebut yakni tanker berbendera Panama berkapasitas 300 ribu ton yang dikelola oleh IShips Management Pte Ltd yang berbasis di Singapura. Sementara itu, Iran telah menuduh pemerintah Trump menghidupkan perang ekonomi terhadapnya dengan kampanye untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol. Hal itu terjadi setelah penarikan AS dari JCPOA yang menurut Trump merupakan cacat berbahaya dalam mendukung Teheran.

Sumber industri menyatakan, ekspor minyak mentah Iran yakni sekitar kurang dari 300 ribu barel per hari pada akhir Juni. Jumlah itu jauh lebih kecil dari 2,5 juta barel per hari ekspor Iran yang dikirim pada April 2018, sebulan sebelum Trump menarik diri dari JCPOA.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement