Kamis 04 Jul 2019 21:30 WIB

Pemkot Gelar Festival Ketoprak Ceritakan Sejarah Kota Solo

Festival Ketoprak menyajikan sejarah panjang berdirinya kota solo

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Pertunjukan ketoprak   (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pertunjukan ketoprak (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Festival Ketoprak akan mewarnai akhir pekan warga Kota Solo di Gedung Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sabtu-Ahad (6-7/7). Sebanyak lima sekuel akan disuguhkan para seniman ketoprak dari lima kecamatan dalam festival tersebut.

Festival Ketoprak kali ini menyajikan pentas yang menceritakan sejarah panjang berdirinya Kota Solo. Pentas pada hari pertama menyajikan tiga sekuel. Masing-masing, sekuel berjudul Geger Pecinan yang dimainkan oleh perwakilan Kecamatan Jebres, kemudian Bedhah Kartasura dari Kecamatan Laweyan dan Boyong Kedhaton dari Kecamatan Serengan. Selanjutnya, pentas hari kedua akan menampilkan sekuel Perjanjian Giyanti yang dibawakan Kecamatan Pasar Kliwon dan sekuel Mas Said yang digarap Kecamatan Serengan.

Ketua Paguyuban Ketoprak Surakarta (Paksura), Ahmad Dipoyono, mengatakan, festival ketoprak tersebut bertujuan untuk menghidupkam ketoprak di masyarakat. Nantinya, dari lima pementasan tersebut akan dilombakan. Salah satu jurinya yakni pemain ludruk asal Jawa Timur, Kirun.

"Sebelum festival, perwakilan kecamatan itu kami awali dengan workshop," terangnya saat jumpa pers di Balai Kota Solo, Kamis (7/4).

Dalam workshop tersebut, Paksura memaparkan tema besar Ndudah Surakarta kepada calon peserta festival. Paksura juga melakukan pendampingan selama latihan di kecamatan masing-masing. Mereka langsung memberikan solusi saat peserta mengalami kesulitan dalam hal penggarapan peran, musik maupun properti yang digunakan.

Salah satu tantangannya, usia peserta dibatasi maksimal 40 tahun. Hal tersebut menjadi tantangan karena kebanyakan anak-anak muda sudah tidak mengenal ketoprak. Namun, dia optimistis festival tersebut akan menjadi ajang regenerasi pemain ketoprak di Solo.

"Sekarang pemain ketoprak sudah habis, pentas ketoprak juga tinggal di Balekambang. Kalau tidak mencari penerus akan punah," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesenian Sejarah dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Solo, Maretha Dinar, menambahkan, Festival Ketoprak tersebut merupakan kali kesembilan yang digagas Pemkot. Hal yang membedakan, tahun ini peserta festival murni dari warga Kota Solo dan berusia di bawah 40 tahun.

"Kami sudah mengawali tahun lalu dengan Ndudah Kampung yang mengulik kisah asal-usul kampung di Solo. Sekarang kami bercerita tentang sejarah Kota Solo sendiri," paparnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement