REPUBLIKA.CO.ID, YORK -- Boris Johnson, kandidat utama menggantikan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, Kamis (4/7), pemerintah harus menemukan cara membuat raksasa teknologi global membayar pajak atas pendapatan mereka.
"Saya pikir itu sangat tidak adil usaha-usaha di pinggir jalan raya membayar pajak, sedangkan raksasa internet, FAANG (Facebook, Amazon, Netflix, dan Google) hampir tidak membayar apa-apa," kata Johnson pada acara di York, Inggris utara.
"Kita harus menemukan cara memajaki raksasa internet atas penghasilan mereka, karena saat ini itu tidak adil," katanya.
Sebelumnya, para menteri keuangan yang tergabung dalam forum G-20 menyusun aturan guna menutup celah yang kerap dimanfaatkan perusahaan teknologi raksasa dalam mengurangi pajak korporasi. Salah satu aturan yang disusun bertujuan membebani pajak yang tinggi terhadap perusahaan teknologi multinasional.
Dalam pertemuan yang dilangsungkan di Fukuoka, Jepang, Juni lalu, para perwakilan dari 20 negara tersebut mengecam perusahaan teknologi dunia seperti Facebook, Google, Amazon serta lainnya sebab memotong tagihan pajak dengan membukukan keuntungan di negara-negara berpajak rendah tanpa memperhitungkan lokasi konsumen akhir.
Inggris dan Prancis menjadi dua negara yang paling vokal mendukung proposal penetapan pajak kepada perusahaan teknologi raksasa dalam mempersulit menggali keuntungan di wilayah hukum berpajak rendah. Kedua negara tersebut berselisih paham dengan perwakilan Amerika Serikat yang menuding kedua negara tadi memperlakukan perusahaan teknologi asal Amerika Serikat dengan tidak adil.