Jumat 05 Jul 2019 15:47 WIB

Fahri: Banyak yang tak Paham Konsep Oposisi dan Koalisi

Fahri menilai di dalam sistem presidensial yang menjadi oposisi itu adalah parlemen.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Teguh Firmansyah
Fahri Hamzah, Wakil ketua DPR Republik Indonesia.
Foto: Republika
Fahri Hamzah, Wakil ketua DPR Republik Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai masih banyak yang belum memahami konsep oposisi dan koalisi dalam sistem presidensial. Hal itu menanggapi sikap tarik ulur PAN dan Demokrat dalam koalisi usai Pilpres 2019.

"Jadi semuanya baik yang di luar maupun yang di dalam (pemerintah) itu nggak punya konsep tentang apa itu oposisi dan apa itu koalisi dalam sistem presidensialisme. Nggak ada yang ngerti tentang ini makanya bingung," kata Fahri di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (5/7).

Baca Juga

Fahri menjelaskan, di dalam sistem presidensial tidak dikenal oposisi. Menurutnya yang menjadi oposisi adalah parlemen itu sendiri. Sebab lanjutnya, cara pandang memilih parlemen di negara presidensial berbeda dengan negara yang menganut sistem parlementer.

"Waktu dia memilih presiden atau gubernur atau bupati wali kota, rakyat itu bilangnya 'eh saya pilih kamu tolong laksanakan ini uangnya, ini kewenangannya tolong jalankan roda pembangunan', tapi kalau milih DPR-nya, legislatifnya baik pusat maupun daerah rakyat ngomongnya 'saya pilih kamu DPR tolong awasi itu pemerintahan' jadi awasi disini artinya oposisi," jelasnya.

Ia menambahkan ketidakpahaman itu menimbulkan kebingungan dalam menempatkan diri di konstelasi presidensial. Hal it lah menurutnya yang terjadi pada PAN di periode sebelumnya yang menempatkan kadernya di kursi menteri.  Imbasnya PAN di legislatif pun diminta untuk diam.

"Legislatif disuruh diam nggak boleh ngomong, legislatif nggak boleh disuruh diam, legislatif antara dia dengan rakyat itu ngomong, akad dia dengan rakyat itu oposisi. Jadi dalam pemerintahan presidensil oposisi diciptakan oleh rakyat melalui pemilihan legislatif, tetapi dalam sistem parlementer oposisi diciptakan oleh kemampuan melahirkan koalisi," ungkapnya.

Fahri juga menyindir Partai Gerindra yang dikabarkan deal-deal kursi menteri dengan kubu pemerintah. Ia justru  mempertanyakan pentingnya kursi menteri tersebut.

"Katakanlah kayak Gerindra sekarang mau dapat menteri apa sih terus itu kemudian menjadi hebat? apa? enggak ada," ujar Fahri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement