REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut banyak masyarakat Indonesia yang menikah tanpa memperhitungkan kondisi ekonomi. Masyarakat juga kemampuan dan beban yang akan ditanggung setelah berkeluarga.
"Karena banyak orang yang tidak punya perhitungan, nikah itu tidak punya perhitungan, asal tabrak aja itu banyak, tapi tidak memperhitungkan beban dan kemampuan," kata Hasto usai menghadiri acara GenRe (Generasi Berencana) Edu Camp di Banjarbaru, Jumat (5/7).
Menurut dia, pasangan yang akan menikah seharusnya mempertimbangkan antara beban keluarga dengan kemampuan agar bisa seimbang. Terlebih, pasangan yang akan menikah masih dalam usia muda walaupun sudah melewati batas ideal yaitu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Karena itu, Hasto menilai perlu ada pendidikan kepada remaja mengenai pemahaman dan kemandirian secara ekonomi dalam mempersiapkan pernikahan ke depan. Selama ini, BKKBN telah berupaya meyosialisasikan dan mengedukasi mengenai kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, mencegah kawin usia dini, dan membina keluarga harmonis.
Ke depan, Hasto juga menilai perlu penambahan edukasi kepada remaja mengenai persiapan kemandirian dalam hal ekonomi keluarga. "Saya pikir ke depan mereka harus dilatih menjadi keluarga yang mandiri dalam artian secara ekonomi, mampu membangun ekonomi yang mandiri," kata dia.
Hasto mengatakan remaja merupakan individu-individu calon pasangan yang akan membangun keluarga dan calon orangtua bagi anak-anak yang dilahirkannya. Untuk itu, ia mengatakan, mereka perlu disiapkan agar memiliki perencanaan dan kesiapan berkeluarga.
"Kesiapan berkeluarga merupakan salah satu kunci terbangunnya ketahanan keluarga dan keluarga yang berkualitas sehingga diharapkan mampu melahirkan generasi yang juga berkualitas," kata Hasto.
Remaja yang tergabung dalam forum GenRe dari seluruh wilayah Indonesia mengikuti pelatihan di Banjarbaru dalam rangkaian Hari Keluarga Nasional. Remaja tersebut diberikan pelatihan dan berbagai macam edukasi mengenai kesehatan reproduksi, kemandirian, perencanaan kehidupan dan sebagainya.
BKKBN memandang remaja sebagai individu calon penduduk usia produktif yang pada saatnya akan menjadi pelaku pembangunan sehingga harus disiapkan agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.