Jumat 05 Jul 2019 19:03 WIB

Masjid Palmerston North Dilengkapi Sistem Keamanan Canggih

Masjid Paltmerston North Selandia Baru didukung sistem keamanan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Berbagai elemen masyarakat membuat tirai manusia ketika umat muslim melaksanakan sholat jumat pertama pascapenembangan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Ramadian Bachtiar
Berbagai elemen masyarakat membuat tirai manusia ketika umat muslim melaksanakan sholat jumat pertama pascapenembangan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3) di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PALMERSTON— Masjid Palmerston North dinobatkan sebagai masjid pertama di Selandia Baru yang menerima peningkatan atau upgrades sistem keamanan. Peningkatan sistem keamanan masjid akan diperluas ke masjid-masjid dan pusat-pusat Islam di Selandia Baru.

Peningkatan keamanan tersebut dilakukan setelah serangan teror di Christchurch yang menyebabkan 51 jamaah masjid meninggal dunia pada Maret 2019. Polisi tidak bisa setiap saat menjaga masjid, karenanya seseorang merancang sistem keamanan masjid untuk keselamatan jamaah.  

Baca Juga

Mantan mayor Angkatan Darat Selandia Baru, Abdul Lateef Smith, telah merancang sistem keamanan untuk Masjid Palmerston North. Sistem keamanan rancangannya sedang didistribusikan ke masjid-masjid di seluruh Selandia Baru.

Masjid Palmerston North dekat tempat tinggal Lateef menjadi masid pertama yang menerima sistem keamanan buatannya, sebagaimana dilansir dari Stuff.co.nz, Jumat (5/6).

Lateef mengatakan, kehadiran polisi di masjid hanya berlangsung setelah serangan teror sampai akhir Ramadhan 2019. Setelah itu dilakukan langkah-langkah untuk menjaga keamanan masjid.

Masjid yang sekarang memiliki kartu sebagai kunci untuk membuka pintu. Juga memiliki lampu sensor, CCTV, dan tim penjaga keamanan komunitas. Ada lagi fitur keamanan lain yang terpasang dalam sistem keamanan masjid tapi Lateef tidak ingin mengungkapkannya. 

"Masyarakat (komunitas Muslim) menyediakan petugas keamanan selama menjalankan ibadah dan acara-acara besar keagamaan, petugas keamanan ditempatkan di pintu-pintu masjid dan sekitarnya," kata Lateef.

Meski polisi sudah tidak lagi berada di masjid untuk menjaga keamanan, Lateef mengatakan, masyarakat yakin bisa mengurus dirinya sendiri. Masyarakat sudah menyadari kehadiran polisi di masjid tidak akan bisa selamanya. "Kita berpikir praktis, kita jadi tahu tidak bisa membiarkan pintu (masjid) kita terbuka lebar lagi," ujarnya.

Lateef sekarang menjadi relawan Federasi Asosiasi Islam di Selandia Baru untuk keselamatan dan keamanan. Federasi tersebut dibentuk oleh para relawan pascainsiden serangan teror di masjid pada Maret 2019 yang membuat puluhan Muslim meninggal dunia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement