REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adipati Dolken siap hadir kembali di layar lebar dengan film terbaru berjudul Perburuan pada 15 Agustus. Berperan sebagai karakter yang hidup di masa penjajahan dirasa sulit bagi Adipati.
Aktor Indonesia ini sebelumnya pernah berperan sebagai Jendral Soedirman dalam film Jendral Soedirman pada 2015. Kali ini dalam film arahan Richard Oh, dia membawakan karakter Hardo yang merupakan komandan pleton dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA).
Meski pernah berperan sebagai tokoh di masa perjuangan, setiap karakter menurut Adipati memiliki kesulitan tersendiri. Terlebih lagi, karakter-karakter itu menawarkan hal yang berbeda.
"Dulu Soedirman sekarang Hardo, itu beda jauh. Dari segi berbicara, pakaian, dan intelektualnya berbeda," ujar aktor yang memiliki nama panggilan Dodot ini.
Meski menemukan kesulitan yang berbeda, hal itu justu menjadi hal yang menantang bagi Adipati. Dia justru merasa tergembleng dengan perbedaan yang menjadi tantangan baru itu.
Di samping itu, pria yang membintangi film Laut ini pun harus menghadapi dialog-dialog panjang dengan bahasa yang serius. Banyak kalimat yang dikutip langsung dari novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer sehingga dia harus bisa menyeimbangkan pikiran dan hati.
Ada satu adegan yang membuat Adipati harus melafalkan 13 halaman dialog. Untuk bisa menyampaikan rasa, maka ingatan dan hati harus benar-benar digunakan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima. "Dari otak ke hati ini yang paling berat fokusnya untuk dialog aja," ujarnya.