REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan pelatihan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2019 bertema “Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia, Menuju Terwujudnya Lansia Indonesia yang Sehat, Mandiri Aktif, dan Produktif” digelar di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (5/7). Selain penyelenggaraan workshop, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan peluncuran pedoman untuk puskesmas dalam perawatan jangka panjang (PJP) bagi lansia dan panduan praktis untuk caregiver (pengasuh) dalam PJP bagi lansia.
Acara ini dihadiri oleh Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Pritasari, perwakilan pemerintah provinsi dari seluruh wilayah Indonesia, organisasi profesi, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati lansia.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, menurut catatan yang dimiliki dari Kementerian Kesehatan, pada 2017 terdapat 23 juta penduduk lansia atau sekitar 9 persen. Diproyeksikan pada 2020, Indonesia akan memiliki 27 juta penduduk lansia. Jumlahnya pun akan terus bertambah.
“Itu patut disyukuri, tapi pekerjaan rumahnya kemudian bagaimana kami mengelola ini. Karena tanpa ada pengelolaan yang baik, perencanaan nasional yang baik, kami mungkin akan mengalami masalah-masalah yang dialami beberapa bangsa, yang sering disebut dengan istilah the silvering society. Karena masyarakat dengan porsi penduduk lanjut usianya besar,” kata Anies.
Namun, kata dia, kalau lanjut usia itu masa produktif sudah lewat, mereka yang masih produktif harus menyiapkan sebuah sistem jaminan sosial yang memastikan warga lanjut usia tetap memiliki kesejahteraan yang baik.
“Itu sebabnya dalam konteks kesehatan, saya rasa penting kita antisipasi sekarang. Karena jangan sampai masalah seperti ini baru dibicarakan sesudah muncul problem. Ini sesuatu yang sangat bisa diprediksi. Karena itu kami berharap sekali di dalam workshop ini akan muncul terobosan-terobosan yang bisa kami praktikkan,” ujar dia.
Anies juga menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta memiliki program Kartu Jakarta Lansia (KJL) untuk warga yang berusia lanjut. Nantinya juga ada berupa bantuan sekaligus pelayanan kesehatan.
Kartu Jakarta Lansia diberikan kepada lansia yang secara sosial ekonomi memiliki keterbatasan sehingga mereka dapat uang tunai dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, di samping perawatan untuk kesehatannya sendiri.
“Pemprov DKI Jakarta ingin menggariskan termasuk ke bank, pelayanan gold harus diberikan pada warga lansia. Merekalah golden customer. Jadi, kalau warga lansia ingin mencairkan dananya, maka mereka boleh antreannya didahulukan, justru diprioritaskan,” kata dia menjelaskan.
Anies menambahkan, dalam workshop ini nanti akan memberikan bahan untuk memformulasikan kebijakan di beberapa arena, khususnya terkait kesehatan. Sehingga warga Jakarta sehat dan jauh dari penyakit yang berbahaya.
Kemudian, terkait perawat lansia atau caregiver, lanjut dia, selama ini Pemprov DKI memiliki tempat pelatihan di Cawang, Jakarta Timur. Ia meminta nantinya Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta berkoordinasi dalam menyediakan tenaga perawat lansia.
“Ini memang jadi sesuatu yang dibutuhkan, kami akan senang hati mengembangkan. Karena begitu ada kebutuhan caregiver artinya harus kami segera siapkan. Banyak dari mereka yang terlatih untuk caregiver memang banyak yang pergi ke luar negeri, sementara di Jakarta atau di Indonesia dibutuhkan. Jadi, Jakarta siap untuk memperluas cakupan SMK untuk meng-cover aspek caregiver,” ujar dia.
Anies akan menyiapkan penyelesaian masalah lansia secara baik. Ia harus punya langkah-langkah sehingga hari lansia bukan jadi seremonial saja. “Hari lansia jadi sebuah peringatan bermakna yang membuat perubahan dalam cara kami melayani dan mengelola warga lanjut usia,” kata Anies menambahkan.
Sementara, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, masalah lansia kini sekarang sudah membesar, bahkan diasumsikan akan meningkat untuk tahun-tahun mendatang. Lansia bukan berarti hanya lansia, tapi lansia akan mengalami degenerasi dan akan terkait dengan penyakit-penyakit degeneratif.
“Oleh karena itu, kami harus siap dalam hal ini harapan kami tentu sebelum lansia kami sudah menjaga kesehatan kami, mudah-mudahan pada waktu lansia seminimal mungkin karena harga yang dikeluarkan akan makin mahal jika tidak memperhatikan kesehatan di usia lansia,” kata Nila.
Ia mengharapkan adanya sekolah keperawatan khusus. Sebab, jika SMK, menurut dia, waktu dan ilmunya terbatas. Jadi, perawat itu harus ada pelatihan khusus. Sebab, nantinya akan merawat kesehatan para lansia.
Maka dari itu, lanjut dia, pelatihan caregiver harus ditingkatkan. Artinya, mereka dilatih lagi agar mereka bisa. Apalagi, jumlah lansia kian bertambah. Kini, banyak kaum perempuan atau ibu rumah tangga yang bekerja. Jadi, orang tua akan tinggal di rumah dan membutuhkan perawat.
“Apalagi, ditambah dengan sakit. Tentu itu untuk caregiver pun internal kami sangat diperlukan. Bukan hanya dikirim ke luar, melainkan juga memikirkan dalam negeri. Kami juga harus ingat penyakit demensia atau alzheimer yang juga memang kalau saya melihatnya agak menakutkan juga dalam hal ini. Kami sama sekali tidak bisa meninggalkan orang tua kami dengan alzheimer dan harus ada pendamping,” ujar dia.