REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan akan menyita kapal tanker minyak Inggris jika sebuah kapal tanker Iran yang ditahan di Gibraltar awal pekan ini tidak segera dibebaskan. Hal itu disampaikan seorang komandan Pengawal Revolusi senior, Mayor Jenderal Mohsen Rezai melalui akun Twitter-nya pada Jumat (5/7).
"Jika Inggris tidak melepaskan tanker minyak Iran, itu adalah tugas pihak berwenang untuk merebut tanker minyak Inggris," kata Rezai, yang juga sekretaris Dewan Kemanfaatan Iran, sebuah badan negara yang kuat.
Marinir Kerajaan Inggris menangkap supertanker Grace 1 pada Kamis (4/7), karena mencoba untuk membawa minyak ke Suriah yang dinilai melanggar sanksi Uni Eropa (UE). Langkah itu dianggap dapat meningkatkan konfrontasi Iran dengan Barat.
"Islam Iran dalam 40 tahun sejarahnya tidak pernah memprakarsai permusuhan dalam pertempuran apa pun, tetapi juga tidak pernah ragu dalam menanggapi para pengganggu," cicit Rezai.
Menurut kantor berita Iran, IRNA, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan bahwa kapal tanker minyak Iran membawa minyak mentah dari Iran. Grace 1 ditahan di Gibraltar, sebuah wilayah Inggris di ujung selatan Spanyol, setelah berlayar di sekitar Afrika, rute panjang dari Timur Tengah ke Mediterania.
Sementara UE telah melarang pengiriman minyak ke Suriah yang dilanda perang sejak 2011. Namun, UE tidak pernah menyita sebuah kapal tanker di laut. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Eropa tidak memiliki sanksi luas terhadap Iran.
Seorang juru bicara wilayah Inggris menyampaikan, awak kapal tanker minyak raksasa Iran yang ditahan di Gibraltar sedang diwawancarai sebagai saksi, bukan sebagai tersangka kriminal. Hal itu dilakukan dalam upaya untuk menentukan sifat muatan dan tujuan akhirnya.
Juru bicara tersebut mengatakan kru yang beranggotakan 28 orang tetap berada di kapal supertanker itu. Sebagian besar adalah warga India bersama sejumlah warga Pakistan dan Ukraina. Polisi dan petugas bea cukai tetap berada di atas kapal untuk melakukan penyelidikan.