Sabtu 06 Jul 2019 15:25 WIB

Harga Avtur Pertamina Kompetitif

Harga avtur Pertamina dinilai lebih rendah dari produk avtur perusahaan migas global

Karyawan Pertamina mengecek kualitas bahan bakar Avtur sebelum disalurkan untuk pesawat di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (4/7/2019).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Karyawan Pertamina mengecek kualitas bahan bakar Avtur sebelum disalurkan untuk pesawat di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (4/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi menyebut, harga avtur Pertamina cukup kompetitif. Bahkan, menurutnya, lebih murah dibandingkan Shell di kawasan regional, seperti Singapura dan Malaysia.

"Di Asia Tenggara, Pertamina sudah mendistribusikan Avtur dengan harga sangat bersaing," kata Kholid di Jakarta, Sabtu (6/7).

Baca Juga

Dibandingkan beberapa perusahaan migas lain di berbagai bandara di Asia, harga avtur Pertamina memang paling rendah, seperti di Bandara Juanda, dipatok Rp 9.673,31 per liter dan di Bandara Soekarno Hatta Rp8.735,76 per liter.

Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan produk Shell yang dijual di Asia Tenggara, seperti di Bangkok, seharga Rp 9.961,85, di Manila Rp 13.309,15, di Kuala Lumpur Rp 10.169,66, dan Singapura Rp 11.834,91.

Terkait hal itu Kholid menilai, pemerintah tidak perlu memberi izin kepada perusahaan swasta dalam bisnis avtur. Apalagi terbukti bahwa perusahaan swasta yang berpeluang menjual avtur di Indonesia, yaitu AKR, tidak berkomitmen mendukung program pemerintah.

Dalam hal ini, sejak 12 Mei, AKR menolak menjual solar bersubsidi di seluruh SPBU-nya. Alasannya, karena formula harga BBM dinilai kurang pas sehingga harga jual tidak sesuai dengan keekonomian.

Menurut dia, sikap perusahaan itu justru menegaskan, bahwa perusahaan tersebut tidak layak masuk ke bisnis avtur di tanah air. Bahkan seharusnya, lanjutnya, perusahaan tersebut diberi hukuman atas penghentian penugasan dari pemerintah mendistribusikan BBM jenis solar bersubsidi.

Dan menurutnya, hukuman yang dapat diberikan terhadap swasta yang menghentikan penugasan secara sepihak tersebut adalah, pencabutan izin niaga perusahaan tersebut. "Saya malah mendukung sanksi ke penyalur swasta tersebut karena menghambat program pemerintah terkait distribusi BBM satu harga," ujar Kholid.

Senada dengan itu, peneliti Indef Nailul Huda juga mengatakan bahwa harga Avtur Pertamina memang sangat bersaing. "Terutama di Bandara Soekarno Hatta, yang begitu kompetitif jika dibandingkan dengan bandara di ASEAN seperti Changi di Singapure ataupun bandara di Kuala Lumpur," kata dia.

Untuk itu, menurut dia, bahwa tingginya harga tiket pesawat selama ini, bukan sepenuhnya disebabkan Avtur, namun banyak komponen biaya lain yang juga berpengaruh terhadap harga tiket pesawat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement