Ahad 07 Jul 2019 05:20 WIB

Ini yang Dirasakan Robben Saat Putuskan Gantung Sepatu

Bagi Robben, mengakhiri dunia sepak bola adalah keputusan tersulit dalam hidupnya.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Arjen Robben
Foto: EPA/Sven Hoppe
Arjen Robben

REPUBLIKA.CO.ID, Arjen Robben lahir di Bedum, kota kecil di Belanda. Sejak masih muda, ia sudah menekuni bakatnya sebagai pesepak bola.

Pada 1996, akhirnya Robben bergabung dengan akademi FC Groningen, klub yang terletak tak jauh dari Bedum. Di klub tersebut, Robben mulai mengembangkan kemampuannya sebagai pesepak bola, khususnya sebagai pemain sayap yang gemar menyisir dari sisi kanan untuk melepas tendangan dengan kaki kirinya.

Alhasil, sejak masih bermain di akademi, Robben memang sudah menjalankan perannya sebagai pemain sayap 'terbalik' yang menggunakan kaki terkuatnya sebagai tujuan mencetak gol dan bukan mengumpan ke tengah gawang.

Namun, dunia sepak bola kini akan kehilangan pemain mungil nan lincah ini. Sebab, Robben mengumumkan pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya pada Kamis (4/7). Setelah berkarier 19 tahun lamanya, ia memilih gantung sepatu pada usia 35 tahun.

"Saya telah memikirkan semuanya dalam beberapa pekan terakhir. Seperti yang diketahui semua orang, saya membutuhkan waktu setelah pertandingan terakhir saya bersama Bayern Muenchen untuk memutuskan masa depan, dan sekarang saya telah memutuskan untuk mengakhiri karier saya sebagai pemain profesional," kata Robben beberapa waktu lalu.

Bagi Robben, mengakhiri dunia sepak bola adalah keputusan tersulit dalam hidupnya. Ia bahkan mengibaratkan keputusan itu membuat hati dan kepalanya saling bertabrakan.

Prestasi yang didulangnya bersama Bayern Muenchen pun sangat gemilang lantaran sudah mengemas enam titel Bundesliga Jerman, empat Piala Jerman, dan masing-masing satu Piala Super Jerman, Liga Champions, serta Piala Super Eropa.

Selalu ada yang kehilangan untuk melepas para pemain terhormat. Mantan rekan setimnya sekaligus kapten Bayern Muenchen Phillip Lahm memberikan ucapan perpisahan dengan Robben. "Menyenangkan bisa bermain dengan Anda. Perpisahan dengan pesepak bola terbaik," demikian pernyataan Lahm di akun Twitter pribadinya dikutip the Guardian.

Sedangkan, David Alaba mengaku bangga bisa bermain dengan pesepak bola seperti Robben. "Permainan Anda adalah sesuatu yang lain, karakter Anda lebih dari istimewa," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement