Ahad 07 Jul 2019 11:52 WIB

Masjid Unik di Kabupaten Bandung, Berbentuk Kabah

Masjid ini menampakkan bentuk seperti Ka'bah dengan cukup detail

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Hasanul Rizqa
Masjid unik yang menyerupai Ka'bah berlokasi di Jalan Haji Mulya, Kampung Kawung Sari, Kelurahan Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Foto: Republika/M Fauzi Ridwan)
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Masjid unik yang menyerupai Ka'bah berlokasi di Jalan Haji Mulya, Kampung Kawung Sari, Kelurahan Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Foto: Republika/M Fauzi Ridwan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masjid yang berlokasi di Jalan H Mulya, Kampung Kawung Sari, Kelurahan Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menarik perhatian orang banyak.

Sebab, bentuk bangunan rumah ibadah tersebut tidak seperti umumnya masjid di Tanah Air. Masjid al-Majid, demikian namanya, sangat menyerupai Ka'bah, kiblat umat Islam sedunia.

Baca Juga

Pada bangunan masjid ini, penampakan replika Ka'bah begitu detail. Ada ornamen-ornamen yang mirip Hajar Aswad, Rukun Yamani, dan Talang Emas. Tak hanya itu, masjid ini juga dilengkapi dengan tiruan pintu Ka'bah.

photo
Masjid unik yang menyerupai Ka'bah berlokasi di Jalan Haji Mulya, Kampung Kawung Sari, Kelurahan Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Foto: Republika/M Fauzi Ridwan)

Memang, pembangunan masjid ini belum tuntas seluruhnya. Proses itu sendiri baru mencapai 90 persen. Umpamanya, untaian kaligrafi pada dinding replika Ka'bah ini masih dalam proses pencetakan. Bagaimanapun, Masjid al-Majid sudah dapat berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah.

Bagian dalam masjid ini berukuran 7x10 meter persegi. Kapasitasnya dapat menampung tak kurang dari 150 orang jemaah. Pengunjung juga dapat menunaikan shalat di lantai dua. Masjid al-Majid pun dilengkapi sarana dan prasarana, semisal temppat wudhu dan toilet.

Masjid al-Majid berdiri di atas tanah wakaf. Di seluruh Kampung Kawung Sari, masjid ini termasuk yang tertua. Bangunannya berdiri kokoh, bersebelahan dengan rumah pimpinan dewan kemakmuran masjid (DKM) setempat, Yayan Badrujaman dan Sandi Rahdian (35 tahun).

Saat ditemui dilokasi, Sandi mengungkapkan awalnya di lahan tersebut berdiri tajug yang biasa dimanfaatkan petani untuk beristirahat sepulang dari sawah. Ukurannya relatif kecil, yakni hanya 3x3 meter persegi.

"Tahun 1990-an, dirombak sama kakek, H Jujun, menjadi permanen dibangun masjid. Terus karena mengalami kerusakan dilakukan perubahan lagi Februari 2019 dan beres April," ujar Sandi Rahdian kepada Republika.co.id, Ahad (7/7).

Ide membangun masjid berbentuk kabah, menurutnya dilakukan karena kondisi lahan yang terbatas. Jika membangun masjid dengan konsep pada umumnya, maka perlu lahan yang lebih luas. Para inisiator saat itu pun memutuskan untuk mendirikan bangunan masjid yang berbentuk Ka'bah.

Mengapa meniru kiblat umat Islam itu? Alasannya, lanjut Sandi, para inisiator diketahui senang beribadah umrah atau haji. Jadi, ada semacam kerinduan ingin kembali ke Tanah Suci.

"Saya sekeluarga sering ke Makkah," ungkapnya.

photo
Interior atau bagian dalam Masjid al-Majid di Jalan Haji Mulya, Kampung Kawung Sari, Kelurahan Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. (Foto: Republika/M Fauzi Ridwan)

Ia mengatakan, masjid bisa diakses untuk masyarakat umum yang hendak melaksanakan shalat lima waktu. Bahkan, Masjid al-Majid sudah difungsikan untuk menyelenggarakan shalat Jumat. Masjid ini terbilang ramai karena banyak dimanfaatkan oleh warga serta para santri pondok Aisyah.

"Pondok ini semacam tempat belajar mengaji anak-anak lingkungan sini. Ada anak kurang mampu, yatim dan orangtuanya broken home, jumlahnya 20 orang dan dibina oleh H Yayan Badrujaman, kakak saya," katanya.

Ia mengatakan anak-anak yang tidak mempunyai rumah dipersilahkan tinggal di pondok. Sedangkan mereka yang punya rumah pulang. Kegiatan mereka sendiri, katanya dilakukan pasca mereka beres sekolah formal tingkat SMP.

"Setelah sekolah mulai kegiatan sehabis asar sampai jam 09,00 malam dilanjut tahajud dan kajian subuh pagi. Sehari-hari masjid ramai oleh santri," katanya.

Sejak bangunan masjid berbentuk kakbah ini digunakan banyak masyarakat yang antusias. Mereka usai melaksanakan salat langsung ingin berswafoto dengan latar masjid kakbah tersebut. "Pas Idul Fitri banyak yang mudik kesini dari kota, disini ramai dan asa yang ingin foto," ungkapnya.

Dengan adanya masjid berbentuk kakbah, ia berharap agar masyarakat bisa terpacu agar ingin melihat kakbah aslinya. Ia pun menambahkan, jika dana pembangunan menghabiskan Rp 650 juta hingga Rp 700 juta yang berasal dari dana sumbangan dan donatur.

"Masjid ini yang mahal kaligrafi dan pintu Ka'bah hampir Rp 100 juta. Kaligrafi bahannya dari kayu waterproof karena ingin semirip mungkin (dengan Ka'bah). Rangkanya juga besi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement