REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Serangan bom terjadi di Provinsi Ghazni, Afghanistan, pada Ahad (7/7). Sedikitnya 12 orang, yakni delapan pasukan keamanan dan empat warga sipil, tewas dalam insiden tersebut.
Serangan itu juga melukai lebih dari 50 warga sipil. Taliban mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di dekat kompleks Direktorat Keamanan Nasional (NDS) tersebut.
"Puluhan perwira NDS terbunuh atau terluka," klaim juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Juru bicara pemerintah Provinsi Ghazni Arif Noori telah mengonfirmasi tentang delapan anggota NDS dan empat warga sipil yang tewas akibat ledakan itu. “Banyak orang yang terluka dilarikan ke rumah sakit,” katanya.
Ini merupakan serangan bom terbaru yang dilakukan Taliban. Sebelumnya ia pun telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang terjadi di daerah Pul-e-Mehmood, Kabul. Sedikitnya 10 orang tewas dan 65 lainnya terluka akibat insiden tersebut.
Serangan-serangan bom itu dilakukan Taliban saat sedang mengadakan pembicaraan perdamaian dengan perwakilan Amerika Serikat (AS) di Doha, Qatar. Tak diketahui pasti apakah serangkaian serangan tersebut mengganggu negosiasi atau tidak.
Namun, Utusan Amerika Serikat (AS) untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan kemajuan substansial dalam pembicaraan dengan Taliban. Kemajuan substantif dibuat pada empat poin utama perjanjian perdamaian, yakni jaminan kontra-terorisme, penarikan pasukan asing, partisipasi dalam dialog dan negosiasi intra-Afghanistan, serta gencatan senjata permanen dan komprehensif.
“Kami menghentikan pembicaraan hari ini untuk mendukung dialog intra-Afghanistan (konferensi intra-Afghanistan untuk perdamaian), tonggak penting dalam #AfghanPeaceProcess,” kata Khalilzad melalui akun Twitter pribadinya pada Sabtu (6/7).
Menurut dia, masih ada pekerjaan penting yang harus dilakukan sebelum membuat perjanjian perdamaian. “Kami akan melanjutkan pada tanggal 9 (Juli) setelah dialog (intra-Afghanistan),” ujarnya.
Dialog intra-Afghanistan digelar selama dua hari di Doha. Ia dijadwalkan dimulai pada Ahad (7/7). Sejumlah politikus Afghanistan aktivis masyarakat sipil, termasuk jurnalis, mengikuti kegiatan tersebut. Pembicaraan intra-Afghanistan merupakan momen yang jarang terjadi. Sebab Taliban diketahui selalu menolak berbicara dengan perwakilan Pemerintah Afghanistan.