Ahad 07 Jul 2019 18:46 WIB

600 Hektare Lahan Pertanian di Garut Alami Kekeringan

153 hektare dari 600 hektare lahan kekeringan di Garut masuk kategori berat.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sekitar 600 hektare lahan pertanian di Kabupaten Garut dilaporkan mengalami kekeringan. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Garut, sekitar 153 hektare lahan sudah mengalami kekeringan dalam kategori berat dan lima hektare lahan sudah puso atau gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga mengatakan, musim kemarau pada tahun ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga dua bulan ke depan. Menurut dia, lahan pertanian yang dalam kondisi kekeringan berat berpotensi mengalami gagal panen jika dalam dua pekan ke depan tak juga terairi.

Menurut dia, kondisi kekeringan itu umumnya terjadi di wilayah selatan dan utara Kabupaten Garut. "Kalau lihat umum, selatan dan utara yang paling parah. Lahan di sana rata-rata tadah hujan," kata dia, Ahad (7/7).

Beni mengatakan, kondisi kekeringan di lahan pertanian Kabupaten Garut disebabkan permasalahan irigasi yang masih terbatas. Karena itu, lanjut dia, tak seluruh lahan pertanian dapat teraliri air dengan baik.

Menurut dia, pihaknya sudah melakukan antisipasi, khususnya untuk lahan yang masih bisa diselamatkan. Antisipasi yang dilakukan antara lain memyediakan pompa dan pembuatan sumur dangkal. "Jadi mereka masih bisa produksi, meski tak sesuai harapan," kata dia.

Ia menambahkan, Dinas Pertanian juga mulai mengantisipasi dampak dari efek kekeringan, yaitu timbulnya hama. Menurut dia, Dinas Pertanian akan menerjunkan petugas untuk memberantas hama yang bisa saja muncul pada musim kemarau.

"Kita akan membantu menerjunkan brigade mengendalikan, mengurangi dampak dari kekeringan tadi," katanya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut juga merencanakan membuat program bantuan untuk petani yang merugi lantaran areal pertaniannya dilanda kekeringan dampak dari musim kemarau. Berdasarkan hasil diskusi, lanjut Beni, rencananya Dinas Pertanian akan menyiapkan bantuan benih setelah mulai awal tanam.

Meski begitu, ia mengingatkan, petani juga harus terus mempelajari data iklim yang secara berkala disosialisasikan. "Jadi ke depannya, mereka harus memilih komoditas yang cocok untuk ditanam sesuai kebutuhan air," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement