REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Wabah ebola yang selama setahun terakhir terjadi di Kongo telah berada di luar kendali. Menteri Pembangunan Internasional Inggris Rory Stewart mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah ebola di Kongo darurat internasional.
Stewart melakukan kunjungan selama dua hari ke Kongo, dan mengunjungi pusat-pusat kesehatan darurat serta para korban yang terjangkit Ebola. Menurut WHO, sejauh ini sebanyak 2.400 orang terjangkit ebola dan 1.606 telah meninggal dunia.
Kami berada di tepi dengan krisis ini. Kami terus menariknya dari tepi jurang tetapi sangat berbahaya. Skenario kasus terburuk adalah jika angka yang keluar sama dengan angka yang bisa divaksinasi. Karena rasa tidak aman, daerah-daerah yang kelihatannya bersih dari penyakit, seperti Beni, telah membuat populasi kembali menderita,” ujar Stewart kepada The Guardian, Senin (8/7).
Stewart mengatakan, WHO telah tiga kali menolak menyatakan wabah ebola sebagai darurat kesehatan global. Menurutnya, dengan mendeklarasikan ebola sebagai darurat internasional, maka akan memudahkan WHO mendapatkan dana tambahan.
"Ini jelas darurat kesehatan masyarakat. Ketika Anda berbicara dengan seseorang yang menderita penyakit itu, petugas kesehatan menjauh karena bahkan dengan peralatan pelindung sekalipun, orang-orang masih terjangkit ebola dan kisah-kisahnya memilukan," kata Stewart.
WHO telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas wabah ebola yang berlangsung di Kongo. Meski beberapa tren epidemiologis positif, perluasan penyakit dan infeksi berulang terjadi di daerah-daerah di negara itu seperti Mabalako. Penanganan atas pengendalian wabah penyakit itu dinilai masih terhambat oleh kurangnya dana dan fasilitas memadai. Demikian juga dengan kurangnya sumber daya manusia.