Senin 08 Jul 2019 14:30 WIB

Lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Berdirinya al-Irsyad al-Islamiyyah, banyak madrasah baru bermunculan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Madrasah (ilustrasi)
Foto: blogspot.com
Madrasah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tidak mengajar lagi di Jamiat Kheir, Syekh Surkati bersama murid-muridnya dan intelektual Arab lainnya di Batavia mendirikan organisasi Jam'iyat al-Islah wa al-Irsyad al-Arabiyah yang sekarang dikenal dengan nama al-Irsyad al-Islamiyah. Pada tahun 1915, organisasi al-Irsyad mendapat pengakuan hukum dari Pemerintah Hindia- Belanda.

Sebelumnya, telah dibuka Madrasah al-Irsyad al-Islamiyyah yang pertama kalinya di Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada 6 September 1914. Madrasah tersebut difasilitasi dan didanai oleh kapten Arab sekaligus saudagar kaya di Batavia bernama Syekh Umar Yusuf Mangus.

Baca Juga

Abdullah menjelaskan, organisasi al-Irsyad al- Islamiyyah dibentuk dan disahkan secara resmi oleh pemerintahan pada masa itu. Tujuan Syekh Surkati membuat organisasi adalah untuk wadah bagi lembaga-lembaga pendidikan yang sedang dikembangkannya. Salim bin Awad Balweel menjadi ketua umum al-Irsyad al-Islamiyyah yang pertama.

Beberapa tahun setelah berdirinya al-Irsyad al-Islamiyyah, banyak madrasah baru bermunculan di berbagai daerah di Pulau Jawa yang didirikan al-Irsyad al-Islamiyyah. Pada masa itu, al-Irsyad al-Islamiyyah bersama Syekh Surkati sebagai pendirinya dianggap sosok pembaru Islam.

"Pada tahun 1917, Madrasah al-Irsyad al- Islamiyyah yang pertama di Petamburan ditutup kemudian pindah ke kawasan Molenvliet West sekarang Jalan Gajah Mada, Molenvliet West adalah daerah elite zaman (kolonial) Belanda," ujarnya.

Di sepanjang kawasan Molenvliet West terdapat Hotel Des Indes dan Hotel Ort. Menurut Abdullah, di kawasan elite tersebut sangat tidak mungkin ada sekolah yang mengajarkan agama Islam. Namun, Syekh Surkati atas bantuan intelektual dan saudagar Arab di Batavia dapat menyewa bekas Hotel Ort untuk dijadikan madrasah.

Madrasah tersebut memiliki asrama sehingga banyak tokoh Muhammadiyah dari luar Batavia yang belajar dan tinggal di Madrasah al-Irsyad al- Islamiyyah yang berada di kawasan Molenvliet West. Hal yang luar biasa, menurut Abdullah, sebelum tahun 1930, Syekh Surkati juga membuka sekolah untuk putri.

Menurutnya, suatu kemajuan berpikir yang luar biasa pada masa itu membangun sekolah untuk putri. Kemudian, pada 1930, lahirlah organisasi Wanita al-Irsyad.

"Dulu mana ada perempuan berorganisasi apalagi dari kalangan orang Arab, tapi menurut Syekh Surkati, perempuan boleh berorganisasi, beliau mendorong kaum perempuan untuk tampil dan maju.''

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement