REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmu sihir memiliki sejarah yang amat tua. Sejak zaman para nabi terdahulu, ilmu yang berawal dari kemampuan jin itu sudah mewarnai kehidupan manusia. Kisah tentang sihir pernah terjadi selepas Nabi Sulaiman AS wafat. Ketika itu, sesosok jin pernah menjelma menjadi manusia. Dia manawarkan bantuan kepada Bani Israil untuk menunjukkan harta karun yang ada di singgasana Raja Sulaiman.
Bukannya menemukan harta karun, Bani Israil hanya mendapatkan kitab-kitab lama. Kaum itu pun menemukan banyak catatan sihir di dalamnya. Jin yang licik lantas berkata kepada Bani Israil bahwa Nabi Sulaiman sudah memperdaya mereka lewat sihir. Dengan catatan-catatan ini, kata jin, Nabi Sulaiman hendak mengendalikan mereka.
Tuduhan jin ini termaktub dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 102. "Dan mereka (Bani Israil) mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan (kitab sihir) pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir)."
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa setan-setan itu menyebarkan berita-berita bohong bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir. Padahal, lembaran ilmu sihir itu milik nenek moyang mereka yang berkolaborasi dengan jin.
Saat Nabi Sulaiman masih hidup, baginda dikisahkan marah setelah menemukan banyak catatan sihir dari para dukun. Mereka mendapatkan informasi rahasia dari jin yang berhasil mencuri berita langit. Zaman dahulu, sebelum diutusnya Rasulullah, jin jahat gemar bertandang ke langit untuk mencuri dengar berita tentang masa depan. Mereka mendengarnya dari para malaikat yang ditugaskan Allah.
Setelah berhasil mencuri informasi, mereka turun ke bumi dan mendatangi para dukun dan tukang sihir. Kepada mereka, para jin itu memberikan hasil curi dengar berita langit. Semua catatan itu lantas diterima para peramal untuk kemudian dituliskannya. Tersebarlah kitab-kitab sihir di kalangan Bani Israil.
Sihir merupakan salah satu bentuk permintaan bantuan manusia kepada setan untuk mendatangkan manfaat atau meno lak bahaya. Sebagai ilmu yang tua, sihir kerap terdapat pada budaya masyarakat zaman lampau. Praktik sihir pun pernah marak pada masa jahiliyah. Para tukang tenung masih ditemukan bahkan saat kenabian. Rasulullah SAW juga pernah diserang tukang sihir. Hadis yang bersumber dari Aisyah RA mengisahkan, serangan itu bahkan membuat Nabi berhalusinasi mendatangi istri-istrinya, padahal tidak.
Lantas, dia bersabda, "Wahai Aisyah, apa kah kamu tahu bahwa Allah telah mengabulkanku ketika aku meminta? Dua orang mendatangiku. Salah seorang dari mereka duduk di dekat kepalaku, sedang yang lainnya di dekat kakiku." Orang yang duduk di dekat kepalaku berkata kepada yang lain, "Bagaimana keadaan orang ini?" Yang ditanya menjawab, "Dia tersihir." Yang satu bertanya lagi, "Siapakah yang menyihirnya?" Yang lain menjawab, "Labid bin al- A'sham. Seorang sekutu dari Bani Zuraiq. Dia sekutu orang Yahudi, dia orang munafik." Yang satunya bertanya lagi, "Di mana sihir itu ditempatkan?"
Yang lain menjawab, "pada sisir dan rontokan rambut. Yang satu bertanya, "di mana benda itu diletakkan?" Yang lain menjawab, "Di kulit mayang kurma, di bawah batu, di dalam sumur Dzarwan." Aisyah lantas melanjutkan ceritanya. "Lalu, beliau datang ke sumur itu dan berkata, 'inilah sumur yang diperlihatkan ke padaku. Air sumur ini seperti air rendaman pacar. Sedangkan ujung dahan pohon kurmanya bagaikan kepala-kepala setan.'" Aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah engkau tidak menyebarkan hal ini?" Beliau menjawab, "tidak." Allah telah menyembuhkanku dan aku tidak ingin menyebabkan keburukan untuk orang lain." (HR Bukhari).
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad disebutkan, Zaid bin Arqam pernah mengisahkan jika seorang lelaki Yahudi menyihir Nabi SAW. Nabi pun mengeluh sakit beberapa hari. Kemudian, Jibril mendatangi Nabi dan berkata, "Seorang Yahudi telah menyihirmu. Dia membuat buhul di sumur ini. Utuslah seseorang untuk mendatangi sumur itu dan mengambilnya."
Rasulullah pun mengutus seorang untuk mengeluarkan buhul itu. Orang itu lantas mendatangi Rasulullah SAW. Lalu, Nabi SAW mengurainya. Rasulullah berdiri seakan-akan bangkit dari ikatan. Beliau tidak menyebutkannya kepada orang Yahudi itu, tidak pula melihatnya sampai Nabi SAW meninggal dunia.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, Nabi SAW pernah mendapat ruqyah dari Jibril AS untuk melepaskan diri dari segala penyakit. Ketika itu, Jibril berucap, "Dengan nama Allah aku meruqiyahmu dari segala sesuatu yang akan menyakitimu dan dari kejahatan segala makhluk atau kejahatan mata yang dengki. Allahlah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu."
Bagi kita yang awam, Nabi SAW mencontohkan untuk membuat benteng perlindungan dari sihir lewat bacaan Alquran."Dan Kami turunkan dari Alquran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Alquran itu) hanya akan menambah kerugian." (QS al-Isra:82).
Setiap menjelang tidur, Rasulullah selalu mengumpulkan kedua telapak tangan nya. Dia kemudian meniupnya lalu membaca tiga surah Alquran. al Ikhlas, al- Falaq, dan an-Nas. Tiga surah ini disebut dengan al-muawwidzat (surah-surah perlindungan). Saat Nabi SAW sakit parah, Aisyah yang membacakan tiga surah itu. Kemudian, dia mengusapkan tangannya ke tubuh Nabi SAW.
Jika sihir sudah menembus diri kita, ruqyah syar'iyah dengan meminta bantuan ustaz atau ulama bisa dilakukan. Ruqyah dengan bacaan ayat-ayat Alquran dan doadoa Rasulullah Muhammad SAW yang di ba ca dengan tartil, jelas, dan tanpa merusak makna dan adab-adabnya. Ruqyah dilakukan sebagai ibadah kepada Allah SWT dengan penuh ikhlas dan mengharap ridha-Nya. Hanya saja, kita harus memastikan terlebih dahulu jika ruqyah tersebut memang benar-benar syar'i. Ustaz yang melakukan ruqyah pun meruqyah dalam koridor yang dicontohkan Alquran dan sunah. Wallahu a'lam