REPUBLIKA.CO.ID, Kebakaran terjadi di Jalan Cipinang Jaya 1 RT 10/RW 07 Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur pada Sabtu (6/7) lalu. Sebanyak 26 rumah ludes terbakar dan 147 warga harus mengungsi di tenda darurat SD Cipinang Besar Selatan.
Rumah warga tersebut sudah hancur lebur. Ada sebagian rumah warga yang dekat dengan bantaran kali Cipinang. Kertas-kertas buku pelajaran berhamburan begitu saja menyatu dengan sisa puing bangunan. Yang ada hanyalah sisa tembok yang tadinya berwarna putih menjadi warna hitam.
Warga pun bergotong royong membersihkan sisa puing bangunan mereka. Menyapu sisa puing dan dimasukkan ke dalam karung berwarna putih. Sesekali mereka beristirahat sampai memandang rumahnya yang kosong tanpa fondasi bangunan yang utuh.
Salah satu korban kebakaran, Bisir (56 tahun) terlihat duduk termenung di rumahnya yang sudah rata akibat kebakaran. Ia mengatakan, pada Sabtu (6/7) lalu sekitar pagi hari menjelang Subuh api sudah membesar. Api tersebut berasal dari depan rumahnya. Ia hanya bisa menyelamatkan diri dan keluarganya.
“Saya hanya bawa satu tas yang berisi dokumen penting. Yang lainnya habis. Ya bisa dilihat sendiri. Bangunan hancur tinggal puing doang,” tutur Bisir.
Berdasarkan pantauan Republika pada Senin (8/7), tempat pengungsian ditempatkan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipinang Besar Selatan 04 pagi. Hanya ada tiga tenda yang disediakan. Wajah mereka terlihat lelah dan pasrah. Ada juga yang sedang mengurusi anaknya sambil bersenda gurau dengan temannya.
Salah satu warga yang berada di tenda pengungsian, Mak Seni (66 tahun), mengatakan, mengungsi di tenda tidak nyaman. Kalau malam tiba banyak nyamuk dan juga kadang sulit mendapatkan air.
“Ya di sini rebutan air. Kan banyak warganya. Makanan mah banyak. Kalau saya sudah tua ya butuh kenyamanan. Pegal-pegal badan saya di sini. Tidak tahu sampai kapan,” keluh Mak Seni.
Mak Seni mengaku sudah tinggal di rumahnya selama 50 tahun. Lalu, sebelum kebakaran memang ada rembukan warga. Nantinya rumahnya akan digusur dan dijadikan akses jalan ke Rusunawa.
Mak Seni tidak mau tinggal di Rusunawa. Sebab, dirinya sudah lanjut usia (Lansia). Ia tidak kuat lagi naik atau turun tangga. Belum biaya selama tinggal di Rusunawa.
“Tidak tahu deh. Tidak jelas juga. Memang sih itu tanah DKI Jakarta. Tapi, kan kami orang kecil dan tidak bodoh juga. Jadi, kasih penyelesaian saja gimana. Kalau saya sih berharap dibangun lagi,” harap dia.
Para korban memang masih belum mengetahui lokasi pengungsian berikutnya, jika lokasi pengungsian saat ini kembali digunakan sebagaimana mestinya. Saat ini para korban ditampung di tiga tenda besar di halaman sekolah SDN 03 Cipinang Besar Selatan. Namun, saat tahun ajaran baru dimulai pada 15 Juli mendatang, area itu harus kembali steril.
"Belum tahu nanti akan dipindah ke mana. Dengar-dengar sih ke rusunawa di Jatinegara Kaum," kata Juminah, korban lainnya. "Tapi, secara pribadi saya sih keberatan. Karena, di rusunawa itu tidak ada liftnya," kata dia menambahkan.
Jawaban senada disampaikan korban lain, Abdul. Dia pun masih kebingungan dengan lokasi pengungsian berikutnya jika sekolah ini telah kembali dipenuhi murid-murid. "Mungkin nanti nebeng di rumah saudara. Belum tahu sih minggu depan gimana," kata Abdul.
Soal bantuan yang didapatkan, warga mengaku puas dengan perhatian yang telah didapat. Sejak hari pertama mereka harus mengungsi, mereka tidak kekurangan makanan, pakaian, dan air bersih. Selain bahan-bahan pokok, kebutuhan-kebutuhan khusus baik pembalut ataupun popok dan susu bayi juga selalu disalurkan dengan baik.
Meski masalah kebutuhan pokok telah tertangani, warga berharap pemerintah memberikan bantuan dana untuk membangun kembali tempat tinggalnya atau mengontrak rumah. "Harapan utamanya sih ada bantuan untuk tempat tinggal. Kalau bisa, dana segar karena barang-barang kami sudah hangus semua," tutur dia.
Lurah Cipinang Besar Selatan, Parida, mengatakan, akan selalu siap membantu warga yang terkena dampak kebakaran. Jumlah yang tercatat 48 KK (Kartu Keluarga) terdiri atas 147 jiwa. Ada 26 rumah yang terbakar.
“Kami mencari apa yang dibutuhkan warga. Warga butuh tempat tinggal. Pemerintah memberikan alternatif pindah ke rusun. Kami hanya mendata warga mau dibantu seperti apa. Semua dikembalikan ke warga. Ya nantinya bisa tinggal di Rusunawa Jatinegara Kaum,” kata Parida.
Mengenai warga yang akan dipindahkan ke Rusunawa, Farida sedang berkoordinasi dengan Kepala Suku Dinas Perumahan terkait warga yang dipindahkan akan membayar Rusunawa atau tidak. “Ya urusan bayar atau tidak itu tugasnya ada di Kasudin Perumahan. Nanti dikoordinasikan lagi seperti apa,” kata dia menambahkan.