REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno mengingatkan tentara saat ini soal adanya ancaman perang tidak berwujud atau perang siber. Try menuturkan, sebagai penjaga keamanan NKRI, TNI harus mampu mengantisipasi ancaman perang tersebut.
"Spektrum keamanan itu sudah complicated. Perang sekarang ini bukan cuma konvensional, tapi juga diperkuat dengan kemajuan teknologi, jadi diciptakan perang tak berwujud, cyber war," ujar Try di Kementerian Pertahanan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).
Menurut wakil presiden ke-6 RI itu, basis perang siber adalah kekuatan teknologi dan kekuatan elektromagnetik. Karena itu, perang tidak terjadi secara fisik di dunia nyata, tetapi di dunia maya.
Ia menuturkan, daya rusak dari perang siber akan lebih luas daripada perang fisik, yakni mencakup hungga ke ideologi dan budaya. "Aspek yang dihancurkan lebih luas, yakni ideologi, politik, ekonomi, budaya, hankam juga bisa dihancurkan melalui itu," kata dia.
Try juga mengingatkan akan adanya ancaman perang proksi. Perang jenis ini menitikberatkan penggunaan kekuatan pihak ketiga dalam berperang.
Salah satu contoh yang ia sebutkan, yakni penggunaan kekuatan kelompok ekstrem tertentu yang bertujuan untuk memecah belah bangsa. "Apalagi perang modern ini yang akan kita songsong. Itu sudah banyak. Kekuatan dari ekstrem agama yang dimasukkan ke sini untuk menimbulkan permusuhan di Indonesia," jelasnya.
Dengan demikian, ia pun berpendapat, program Bela Negara perlu terus digaungkan untuk mengantisipasi ancaman-ancaman yang ada di Indonesia. Menurutnya, program tersebut menitikberatkan kemanunggalan TNI dan rakyat.