Selasa 09 Jul 2019 14:52 WIB

Perhutani Kejar Peningkatan Laba 9 Persen

Pada 2016, Perhutani mengalam kerugian sebesar Rp 357,3 miliar.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Gelondongan kayu mahoni milik Perum Perhutani
Foto: ©Mahonionline
Gelondongan kayu mahoni milik Perum Perhutani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Perhutani kembali menargetkan peningkatan laba perseroan pada tahun 2019 ini. Direktur Utama Perhutani, Denaldy Mulino Mauna, mengatakan, peningkatan laba setidaknya ditargetkan 8-9 persen dari realisasi laba Perhutani tahun 2018.

Denaldy mengatakan, sejak tahun 2016, perseroan mengalami transformasi transformasi bisnis dari semula rugi hingga mencatatkan keuntungan. Pada 2016, ia menyampaikan Perhutani mengalam kerugian sebesar Rp 357,3 miliar. Memasuki 2017, perseroan berhasil membalikkan keadaan dengan mengantongi laba Rp 437,6 miliar.

Baca Juga

Adapun pada 2018 lalu, laba Perhutani tercatat naik 49 persen menjadi Rp 653,97 miliar. "Tahun ini kita menargetkan kurang lebih 8-9 persen dibanding tahun lalu. Pada pertengahan tahun ini laba sudah sedikit di bawah 50 persen," kata Dendy kepada wartawan di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (9/7).

Ia menjelaskan, peningkatan laba yang berhasil dicapai sejak 2016 silam salah satunya dengan menata ulang proses produksi olahan kayu sesuai dengan kebutuhan pasar. Adapun bisnis utama Perum Perhutani saat ini bersumber dari penjualan produk kayu jati serta olahan getah pinus.

Namun, kata dia, perseroan banyak tertolong dari bisnis olahan getah pinus karena proses penanaman pohon yang tidak memakan waktu lama. Sementara, untuk satu pohon kayu jati setidaknya dibutuhkan waktu pertumbuhan hingga 60-80 tahun.

Selain dua bisnis tersebut, Perhutani juga memiliki bisnis pengolahan minyak kayu putih, pengolahan sagu, serta ekowisata. Terbaru, Perhutani tengah mempersiapkan bisnis kayu biomassa sebagai basis energi baru terbarukan yang diprioritaskan untuk ekspor. Seluruh unit bisnis itu tersebar di sembilan perusahaan holding kehutanan dimana Perhutani menjadi induk holding.

 

Dendy mengatakan, seiring dengan adanya peningkatan laba sejak 2017, total aset ikut mengalami peningkatan. Aset Perhutani samai dengan tahun lalu tercatat sebesar Rp 16,05 triliun.

"Tahun ini memang berkaitan dengan tahun politik ada pengaruh, dari sisi produksi juga cuaca ekstrem berpengaruh. Pada semester II (target pendapatan) akan kita kejar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement