Selasa 09 Jul 2019 14:58 WIB

Realisasi Lifting Migas Capai 89 Persen dari Target APBN

SKK Migas memproyeksikan target lifting migas 2019 bisa tercapai di semester dua

Ladang migas di Selat Timor.
Foto: ABC News
Ladang migas di Selat Timor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) hingga Juni 2019 mencapai 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd). Jumlah tersebut mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta boepd.

"Total lifting migas tersebut terdiri dari lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Selasa (9/7).

Baca Juga

SKK Migas memproyeksikan target lifting migas 2019 bisa tercapai di semester dua tahun 2019 mengingat 8 dari 11 proyek akan mulai beroperasi (onstream) di semester dua tahun 2019.

"Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang," ungkap Dwi Soetjipto saat berbicara dalam pembukaan Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2019 di Semarang.

FFPM merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi (Iafmi) bersama SKK Migas. Mengangkat tema "Inovasi dan Transformasi Fasilitas Produksi Migas Menyongsong Era Industri 4.0", Dwi menambahkan industri hulu migas membutuhkan sebuah transformasi dan diversifikasi usaha. Bukan hanya sekedar mencari dan memproduksikan migas saja, namun harus memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhan dari pasar energi, tuntutan terhadap penggunaan energi yang lebih bersih, dan lain sebagainya.

Transformasi dalam kegiatan operasi hulu migas yang akan diaplikasikan pada tahun ini diantaranya adalah Integrated Operation Center (IOC). IOC merupakan sebuah sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama.

Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas karena terbukanya data secara terintegrasi. Dengan optimasi perencanaan di awal tahun kegiatan operasi pemeliharaan fasilitas, berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar 84 juta dolar AS di tahun 2019.

FFPM 2019 diselenggarakan selama tiga hari pada 9-11 Juli 2019 dalam bentuk konferensi, focus group discussion (FGD), forum bisnis, dan pameran. FFPM tahun ini menghadirkan pembicara utama Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial dan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar. Konferensi pada hari pertama menghadirkan narasumber tamu seperti Purnomo Yusgiantoro, serta pembicara dari Pertamina, Petronas, BP Global, dan para praktisi migas lainnya.

Pada hari kedua akan dilakukan serangkaian diskusi paralel dalam tiga ruangan yang membahas: Project, Design & Technology, serta Maintenance 4.0. Para pembicara pelaku industri kelas dunia siap berbagi kisah sukses dan implementasi teknologi 4.0 di bidangnya masing-masing, termasuk di antaranya Digitalisation Transformation, System and Collaboration Tools for Project, Unified Design Engineering, Real Equipment Trouble Shooting, dan Engine Health Management.

Hari terakhir akan diisi dengan Business Forum yang menampilkan pembicara dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian ESDM dengan tema 'Strategi Kebijakan Nasional dan Repositioning Industri Migas Indonesia Menghadapi Industri 4.0'.

Selain forum diskusi, FFPM juga akan menggelar pameran perkembangan aplikasi keilmuan dan teknologi fasilitas produksi migas termasuk di dalamnya teknologi penunjang fasilitas produksi berbasis internet of things (IoT), big data, artificial intelligence, dan sebagainya dari para penyedia barang dan jasa migas.

Peserta Pameran yang juga merupakan pendukung utama acara FFPM di antaranya PT Pertamina EP Cepu, PT MIPCON Prima Industri, PT Navita Origo Solutions, BP Indonesia, dan Indoturbine. Selain aplikasi teknologi baru juga diutamakan material dan peralatan pabrikan lokal dengan semangat untuk turut mendukung pengutamaan produk dalam negeri melalui pemberian kesempatan industri dalam negeri untuk berpartisipasi lebih banyak dalam proyek-proyek migas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement